Pribumisasi Islam Gus Dur, Embrio Islam Nusantara

232 kali dibaca

Istilah Islam Nusantara tidak secara eksplisit disebutkan dalam karya-karya Gus Dur (Kiai Abdurrahman Wahid). Term ini juga baru mulai ramai setelah wafatnya Gus Dur pada tahun 2009, ketika NU mengangkatnya pada Muktamar tahun 2015 di Jombang. Meski begitu, pemikiran intelektual Muslim yang satu ini punya peran penting dalam gagasan Islam Nusantara.

Lekatnya diskursus Islam Nusantara dengan sosok Gus Dur, bukan semata karena NU yang berupaya mempopulerkannya dan Gus Dur bagian dari NU. Melainkan, karena gagasan-gagasan Gus Dur yang memang mengajarkan konsep berislam dengan tetap menjadi manusia Nusantara. Ajaran Gus Dur itu merupakan gagasan penting dalam diskursus Islam Nusantara.

Advertisements

Pribumisasi Islam merupakan ajaran Gus Dur, yang dapat kita katakan, sebagai embrio kelahiran gagasan Islam Nusantara. Satu konsep pemikiran yang memberi pemahaman dalam memahami proses sejarah yang membentuk wajah Islam dalam masyarakat Nusantara.

Akomodasi Islam dan Budaya

Pribumisasi Islam, dalam ajaran Gus Dur, dapat kita pahami sebagai proses akomodasi atau rekonsiliasi antara Islam dan budaya lokal. Ini adalah gagasan yang penting dalam memahami kekhasan Islam Nusantara. Wajah khas Islam Nusantara pada dasarnya tidak lepas dari proses akomodasi Islam dan budaya (pribumisasi Islam) sepanjang sejarah perkembangan Islam di Nusantara.

Menurut Gus Dur, sebagaimana dalam artikel “Pribumisasi Islam,” agama dan budaya punya domainnya masing-masing. Agama Islam bersumber pada wahyu dan memiliki norma-normanya sendiri, sedangkan budaya adalah buatan manusia. Oleh karena agama sifatnya normatif maka cenderung permanen, sebaliknya budaya yang buatan manusia berkembang sesuai perkembangan zaman dan cenderung selalu berubah.

Meski punya domain masing-masing, namun wilayah agama dan budaya itu saling tumpang tindih (overlapping). Agama secara esensi memang adalah wahyu dari Tuhan, namun secara ekspresi itu adalah tafsir ajaran yang hidup dalam budaya manusia. Pun, budaya merupakan bagian ekspresi kehidupan manusia yang beragama. Oleh karena itu, menurut Gus Dur, perlu ada akomodasi antara agama dan budaya. Hal ini bukan karena kekhawatiran terjadinya ketegangan antarkeduanya, tapi sebab proses pribumisasi itu sendiri.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan