Qoidati, Masterpiece dari Metode Amtsilati

391 kali dibaca

Qoidati merupakan kitab yang menjadi masterpiece Kiai Taufiqul Hakim, sang penemu Amtsilati, metode cepat baca kitab kuning dari Jepara, Jawa Tengah. Kitab ini membahas kaidah-kaidah nahu dan saraf, dan merupakan makanan pertama yang harus dikonsumsi oleh para pengguna metode Amtsilati. Kajian nahu dan saraf yang sulit dan menjemukan, bisa disulap menjadi khazanah keilmuan yang mudah, menyenangkan, dan inovatif.

Kitab ini memuat 5 jilid dan 1 jilid tambahan yang berisikan tentang kaidah-kaidah ilmu nahu dan saraf. Ditulis dalam Bahasa Indonesia yang mudah dan ringkas. Selain itu, di dalamnya juga terdapat persoalan atau pertanyaan nahu beserta jawabannya.

Advertisements

Berbeda dengan kitab nahu yang selalu diawali dengan pembahasan tentang kalam, Qoidati memulai pembahasannya di jilid 1 dengan huruf jer yang berjumlah 20, dilanjutkan dengan klasifikasi dhomir menjadi tiga kategori, pengaruh ya’ dhomir terhadap isim, dan pembahasan ringkas tentang isim maushul dan isyarah.

Beranjak ke jilid 2. Dalam jilid 2 ini terdapat pembahasan yang menarik dan khas Amtsilati, yaitu rumus utama, rumus A1 dan rumus A2. Rumus utama berbunyi: “Bedakan setiap kata antara A.Isim, B.Fi’il, dan C.Huruf.

Terkesan mudah, namun seluruh pembahasan nahu dimulai dari cara untuk membedakan sebuah kalimat Bahasa Arab antara isim, fi’il, atau huruf. Rumus A1 dan A2 merupakan rumus lanjutan dari rumus utama jika isim menjadi hasil dari rumus utama.selain itu di jilid 2 terdapat pembahasan tanda-tanda isim beserta macamnya seperti isim ma’rifat, isim nakiroh, isim yang muannats, dan isim mutsanna. Selain itu, ada juga pembahasan tentang hukum nida’ dan munada’. Jilid 1 dan 2 memiliki pembahasan yang simpel, ringkas, dan mudah dipahami.

Jilid 3 merupakan jilid terpanjang dan lebih sulit dari dua jilid sebelum dan setelahnya. Jilid 3 dimulai dengan Rumus A3 yang merupakan rumus susunan yang terjadi pada isim (jumlah ismiyyah) yang memuat mubtada’, khabar, dan ‘amil nawasihk-nya (Beberapa hal yang merusak hubungan mubtada’ dan khabar) seperti inna wa akhwatuha, kana wa akhwatuha, dan la li nafyi al-jinsi.

Setelah itu, dilanjutkan dengan kaidah-kaidah isim ghairu munsharrif berikut alasan atau illat-nya yang berjumlah 12, macam-macam isim musytaq, dan diakhiri dengan tawabi’ (kata yang mengikuti irob kata sebelumnya) yang beranggotakan naat, taukid, athof, dan badal.

Jilid 3 memiliki pembahasan yang lumayan kompleks dan tergolong sulit. Selain itu, jilid 3 juga merupakan pembahasan terakhir dari kalimat isim dan rumus kategori A.

Jilid 4 dan 5 merupakan dua jilid yang sama-sama menjelaskan kalimat fi’il dan seluruh macamnya, dimulai dengan fi’il madhi dan hukum yang meliputinya, seperti dhomir rafa’ mutaharrik, wawu jamak, dhomir muannats.

Pembahasan fi’il tentu tidak akan bisa dipisahkan dengan pembahasan fa’il dan maf’ul (dalam Qoidati diistilahkan sebagai “pelengkap”) yang meliputi maf’ul bih, maf’ul mutlaq, maf’ul liajlih, hal,tamyiz.

Dalam pembahasan isim terdapat Rumus A1 sampai A3. Pada fi’il setali tiga uang, ada Rumus B1, B2, dan B3 yang melanjutkan rumus utama jika konklusi dari rumus utama adalah fi’il. Dan pada jilid 4 dan 5 ini dilengkapi dengan wazan-wazan semua fi’il, baik itu madhi, mudhore,’ maupun amar.

Adapun jilid tambahan merupakan jilid yang menjadi pelengkap dari seluruh jilid, dimulai dari pembahasan mubtada’ yang boleh dibuang dan dihukumi nakirah, af’al muqarabah, hukum hamzah inna, dan dipungkasi dengan pembahasan munada’ shahih.

Kitab Qoidati memiliki ketebalan 126 halaman dan memuat 5 jilid+1 jilid tambahan seperti yang dijabarkan di atas. Qoidati memiliki gaya Bahasa Indonesia yang simpel dan ringkas sehingga mudah dipahami oleh semua kalangan bahkan anak sekolah dasar (SD) sekalipun. Hal ini merupakan tujuan adanya program Amtsilati. Selain itu, Qoidati memuat kaidah nahu-saraf yang sangat familiar dan kerap ditemukan saat melakukan praktik langsung di kitab kuning.

Adapun, kekurangannya adalah penjelasannya yang terkesan ringkas sekali dan terlalu mudah, namun biasanya persepsi itu muncul bagi mereka yang sudah pernah mengenyam ilmu nahu-saraf. Qoidati yang merupakan manifestasi dari Amtsilati memiliki target man kepada mereka yang belum pernah belajar nahu dan ingin memiliki pijakan atau dasar dalam ilmu nahu-saraf.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan