Refleksi Kritis terhadap Film Bidaah

17 views

Film Bidaah akhir-akhir ini viral dan menjadi perbincangan hangat publik. Dirilis oleh produser Malaysia Erma Fatima, Bidaah menimbulkan banyak reaksi dari berbagai kalangan, terutama warga Indonesia.

Tidak bisa dimungkiri film yang viral karena sebutan Walid ini memiliki dampak yang luar biasa dalam membentuk berbagai persepsi masyarakat, terutama bagi mereka yang awam. Apalagi ketika Bidaah mulai menyentuh ranah agama, terutama masalah akidah. Penting bagi kita harus bisa menelaah dengan objektif dan bijak.

Advertisements

Sebagai seorang santri, tidak dapat dimungkiri ketika menyaksikan karakter tokoh Walid dalam film ini jujur saja saya terbalut emosi dan geram. Sebab, film Bidaah ini menyuguhkan narasi-narasi yang problematik. Ia menyorot amalan-amalan keagamaan yang sudah diwariskan oleh para ulama kita, namun mereka membungkusnya dengan sinis dan reduktif yang berlebihan. Meskipun, ada satu dua di antara mereka yang memang bisa disebutkan dengan habib dan gus yang tidak baik atau abal-abal. Menggunakan agama sebagai alat atau sarana misi kejahatannya.

Seperti yang ditulis oleh Ismail Kholil dalam postingan Instagram pribadinya pada 6 April 2025:

Gus-Gus yang nggak baik itu ada, habib-habib yang nggak benar juga nyata, agama jelas tidak tak pernah mengajarkan untuk menormalisasi perilaku buruk mereka, akan tetapi jangan menyamaratakan dan menutup mata. Mari kita usahakan itu, agar orang-orang tidak terhalangi oleh Habib-Habib atau Gus-Gus lain yang memang layak untuk diambil ilmunya dan diteladani akhlaknya.”

Seperti pepatah Arab yang mengatakan: Attamimi lughotul jahilai. Menyama-ratakan adalah bahasa orang-orang yang bodoh.

Artinya tidak semua habaib atau ulama itu tidak baik. Lebih banyak habaib atau ulama yang memang layak dijadikan contoh karena akhlak dan ilmunya.

Awalnya saya mengira film ini bertujuan untuk menanamkan benih kecurigaan dan kebencian terhadap tradisi Islam. Atau,  saya berpikir sebenarnya film ini memang murni dibuat untuk membuka sebuah ruang dialog.

Pertanyaan-pertanyaan dalam benak saya akhirnya terjawab oleh klarifikasi Ibu Erma Fatima, yang diposting di akun Instagram milik Lora Ismail atas berbagai kritikan.

“Saya tidak berniat sama sekali. Kasih sayang saya terhadap Habib Umar tidak ternilai harganya. Sedih rasanya jika kealphaan lilitan sarban itu hingga dituduh menjatuhkan Habib-Habib yang tinggi ilmu dan akhlaknya.” Ujar Erma

Pada intinya, film Bidaah itu sama sekali tidak menyinggung siapapun, baik habaib atau ulama atau tokoh agama. Film ini justru dibuat untuk kritik atas fenomena banyaknya tokoh penyandang gelar habib atau ulama yang berdiri di atas agama demi kepentingan pribadi dan hawa nafsunya.

Wallahua’lam. Semoga bermanfaat.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan