Manusia menjalani hidup dengan lingkungan sosialnya. Manusia menjadi makhluk sosial. Di sinilah kita memahami bahwa manusia secara fitrah memang tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya hubungan dengan sesama makhluk ciptaan Allah.
Banyak ayat dalam al-Quran yang menjadi dalil perihal hablumminannas (berteman dengan semua manusia) ini, seperti tentang mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),
berbuat baik merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134), menyempurnakan takaran dan timbangan serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb), berinfak atau memberikan sebagian rezeki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb), tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.
Dalam relasi sosial inilah kemudian dikenal istilah sahabat, hubungan khusus antara seseorang dengan orang lainnya. Dalam hal ini, sahabat berarti hubungan pertemanan berdasar pengetahuan, perasaan, afeksi, dan juga rasa kesetiaan.
Begitulah konteks Rasulullah dalam membangun relasi dengan para sahabatnya. Rasul memilih khusus seseorang untuk bisa memperjuangkan misi ketuhanan dalam menyebarkan agama Islam. Saling memberi nasihat di antara para sahabat adalah juga bagian dari bentuk persahabatan dalam menyebarkan agama Islam.
Secara bahasa, nasihat memang serapan dari bahasa Arab (نَصَحَ), yang maknanya khalasha (خَلََصَ), yaitu murni serta bersih dari segala kotoran.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam al-Khaththabi rahimahullah: “Nasihat ialah kata yang menjelaskan sejumlah hal. Yaitu, menginginkan kebaikan pada orang yang diberi nasihat,” Hal ini juga dikemukakan oleh Ibnul-Atsîr rahimahullah, yaitu suatu kata-kata yang mencoba mengajak pada kebenaran dan kebaikan.
Karena itu, dapat ditegaskan bahwa nasihat adalah poros atas agama. Dan Rasul pun pernah mangatakan bahwa “agama adalah nasihat”:
عَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْمِ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قَالُوْا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: ِللهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ.
Artinya: Dari Abi Ruqayyah, Tamim bin Aus ad-Dâri Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda: “Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Untuk siapa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya.’”
Di sini setidaknya kita bisa paham nasihat Kiai Mujib Imron yang memiliki tafsir yang luas dan memerlukan kajian mendalam. Adapun diksi yang menjadi maksud Kiai Mujib adalah nasihat; bahwa tiap orang yang memberi nasihat adalah sahabat.
Maka nasihat sahabat tidak sembarangan dan haruslah sama dengan maksud. Sebab, agama adalah nasihat, dan nasihat itu untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya.
Lebih jelas lagi, Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan syekh Al-Khattabi menjabarkan redaksi hadits tersebut sebagai berikut:
Pertama, Hak Allah. Artinya, nasihat bermakna agama untuk Allah, yakni beriman kepada-Nya, mengagungkan Allah, serta bertakwa kepada Allah. Kedua, Hak Rasul. Artinya, nasihat menjadi agama dengan keimanan atas Nabi Muhammad adalah rasul Allah, dengan kebenaran dan segala apa yang ada padanya. Ketiga, Hak Kitab-Nya. Artinya, nasihat adalah agama dengan iman atas firman Allah (al-Quran) dan dari firman-Nya segala hukum, ilmu pengetahuan bersumber dari al-Quran. Keempat, Hak Pemimpin Muslim. Artinya, pemimpin menjadi nilai nasihat, yang mana pemimpin bertugas membimbing dan mengatur segala urusan sosial yang mengantarkan keselamatan dunia dan akhirat. Kelima, Hak Muslim. Artinya, nasihat dengan pemenuhan hak setiap orang muslim, dengan berbuat adil, saling menolong, serta mengajak untuk lebih menghargai sesama atas Islam yang rahmatan lil alamin.
Karena itulah benar diungkankan KH A Mujib Imron (Insani Pusat), bahwa tidak semua orang adalah sahabat, tapi setiap yang memberi nasihat adalah sahabat.
Sayyidina Umar bin Khattab berkata;
ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
Artinya: Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh, maka peganglah erat-erat.” (Quutul Qulub 2/17).
Dengan demikian, teman yang saleh dapat menjadi harta yang membimbing dengan nasihat-nasihatnya. Di sini akan menimbulkan rasa cinta yang diartikan pada sahabat, darinya akan ada doa yang tidak kau sadari.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
Artinya: Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi. (HR. Muslim, No. 2733).
Sekilas hanya akan terlihat sebagai sebuah nasihat, tapi mendoakan kebaikan untuk sesamanya akan menghiasi persahabatan dan menjadi teman di surga kelak. Salah satu dalil bahwa persahabatan akan berlanjut sampai hari kiamat, dan orang yang saling mencintai (termasuk para sahabat) akan dikumpulkan bersama di hari kiamat, ada dalam sebuah ungkapan Nabi.
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Artinya: Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai. (HR. Bukhari, No. 6170; Muslim, No. 2640).
Alhasil, agama adalah nasihat dan pemilihan sahabat menjadi perkara yang penting, sebab hal tersebut bisa mengantarkan seseorang kelak masuk surga ataukah neraka.