Santri adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan agama yang disebut pesantren. Karena itu, seorang santri, jika sudah lulus dari pesantren, diharapkan dapat mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat, dengan cara memberikan bimbingan atau pencerahan sesuai dengan ilmu keislaman yang diperoleh selama di pesantren.
Lebih jauh, seorang santri yang telah lulus dari pesantren juga diharapkan mampu menjadi tokoh yang patut diteladani dalam pengamalan ajaran agama. Ia juga dituntut untuk mampu menjalin dan membangun komunikasi yang harmonis di tengah masyarakat.
Namun, tantangan yang dihadapi seorang santri dalam menimba ilmu di pesantren di zaman milenial lebih kompleks dan berat dari waktu-waktu sebelumnya. Salah satunya, generasi santri saat ini adalah generasi yang telah akrab dengan produk-produk teknologi digital, yang bisa berdampak positif dan negatif sekaligus.
Kemajuan teknologi informasi menjadikan nyaris semua urusan lebih mudah dilakukan. Namun, produk-produk teknologi informasi juga gampang disalahgunakan untuk ketidakbaikan. Misalnya, melalui berbagai platform media socsal, manusia dipermudah untuk untuk menyebarkan konten-konten negatif, sebut saja paham radikalisme, berita-berita bohong, atau konten-konten berbau pornografi. Para santri pun juga memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan konten-konten negatif dan menyesatkan tersebut.
Karena itu, santri di zaman milenial dituntut untuk dapat mengembangkan perannya yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Santri tak boleh lagi hanya menguasai ilmu keislaman. Santri juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman terkini. Dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini, maka santri tetap dapat memainkan peran sebagai lentera umat di tengah derasnya lalu lintas informasi yang sulit dikontrol.
Sementara itu, di sisi lain, seorang santri zaman now juga harus tetap memiliki semangat dan cita-cita yang lurus untuk masa depannya, jangan sampai justru terbawa arus derasnya lalu lintas informasi melalui media digital. Sebab, jika tidak memiliki semangat dan cita-cita untuk kebaikan masa depan, seorang santri akan akan menjadi tidak lebih dari debu-debu yang bertiup angin dari Utara ke Selatan tanpa arah. Tapi, ketika seorang santri betul-betul memiliki semangat juang dan cita-cita akan kebaikan masa depan, maka kelak ia akan menjadi penerus perjuangan para kiai dan ulama yang telah berjuang untuk negeri ini.
Tentu, untuk mampu bersaing di era milenial ini butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar. Kalau bukan para santri yang sekarang ini, siapa lagi yang akan melanjutkan perjuangan para kiai dan ulama terdahulu. Maka, saatnya kita bersiap diri sejak dini, jangan biarkan zaman menindas kita. Kitalah yang harus bangkit dan memegang kendali. Para santri tidak boleh membuang waktu dengan berdiam diri.