Sastra Masuk Sekolah, Terobosan atau Beban?

274 kali dibaca

Ketika asyik scroll Tiktok dan Instagram, saya terkejut ada kabar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) me-launching program pelajaran sastra untuk masuk dalam bangku-bangku kelas bersamaan dengan Hari Buku Nasional pada Senin (20/5/2024) lalu.

Ada yang menyambutnya dengan gembira. Ada pula yang masih mempertanyakan mau dibawa ke pendidikan Indonesia. Pertanyaan yang muncul di kepala saya, bagaimana Indonesia bisa menyelesaikan corak pendidikan yang khas? Bagaimana menyelenggarakan pendidikan yang konsistensi dan koheren berdasarkan kurikulum yang ada? Bagaimana persiapannya jika sastra benar-benar masuk ke sekolah?

Advertisements

Pasti tidak dalam sekejap mata anak-anak bisa belajar sastra dengan cepat dan andal. Saya mengerti tujuan sastra masuk di sekolah adalah meningkatkan literasi anak-anak didik. Tapi masalahnya masih diperlukan metode belajar dan penyaringan genre sastra yang baik untuk murid. Selain itu, penting pula dipersiapkan pendampingan belajar sastra yang fleksibel sesuai dengan zaman.

Memilah Sastra

Sepanjang sejarah, sastra seringkali menjadi landasan budaya yang mampu mempersatukan masyarakat dan mempersatukan mereka sebagai sebuah bangsa. Upaya terbaiknya adalah membantu membangun jembatan antarwarga dan meningkatkan pemahaman antarkelompok dan kelas sosial yang berbeda (Ali Mustadi, dkk, 2022).

Cerminan kemajuan budaya sebuah bangsa diukur dari seberapa kompleks dan banyaknya produk sastra yang ada. Sebenarnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sastra heterogen. Setiap suku memiliki sastranya masing-masing. Karena itu, akan lebih baik bila mana sastra yang dipelajari di sekolah terkait sastra daerah yang ada, kemudian ditambah sastra Indonesia.

Di sisi lain, sastra juga bukan pelajaran yang mudah. Beberapa novel, cerpen, juga puisi sarat akan ideologi penulis. Entah itu LGBTQ, Liberal, Komunis, Marxis, Politis sesuai filosofi penulis masing-masing. Karena itu pelajaran sastra masih harus dibimbing dan dipilah dipilih dengan tradisi kita bangsa Indonesia. Juga harus sesuai dengan kebutuhan dan passion dari sang murid. Karena, jika kita belajar sastra, pemahaman seorang anak akan terlihat bilamana ia bisa mengambil hikmah atau tujuan sastra yang dibaca.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan