Alkisah.
Dalam sebuah majelis di satu masjid di bilangan Jatinegara, Jakarta Timur, pada 2017, seorang jemaah bertanya perihal kegiatan rutin di sekolah yang berkaitan dengan kewajiban menyanyikan lagu Indonesia Raya. Mungkin yang dimaksud adalah upacara bendera tiap Senin, yang di dalamnya peserta upacara harus menyanyikan lagu wajib itu, juga menghormat kepada Sang Saka, Merah Putih.
Jika melihat situasinya, yang bertanya adalah seorang jemaah yang memiliki anak usia sekolah, mungkin bersekolah di SD, namun mereka (anak dan orang tuanya) keberatan dengan kewajiban menyanyikan lagu Indonesia Raya. Mereka tidak ingin ikut menyanyikan lagu itu, tapi khawatir ditegur oleh para guru. Maka kegalauan itu ditanyakan kepada pendakwah. Mungkin yang ditanyakan adalah hukum menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Karena yang ditanya adalah seorang pendakwah yang dikenal publik sebagai Ustaz Khalid Basalamah, maka jawabannya begini: “Tidak usah ikut (menyanyikan Indonesia Raya)!” Dan, jawaban itu pun viral, menghiasi pemberitaan berbagai media akhir-akhir ini, dengan tajuk yang memang seksi sekaligus sensitif: Ustaz Khalid Basalamah melarang menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Sang ustaz akhirnya memberikan kharifikasi. Ia mengaku tak bermaksud melarang orang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Karena jemaah yang bertanya tersebut keberatan dan merasa tertekan dengan kewajiban yang ditetapkan oleh sekolah, maka Ustaz Basalamah menyarankan agar tak usah ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya itu.
Sayangnya saya bukan Ustaz Basalamah. Seandainya saya Ustaz Basalamah, dan jika benar momennya seperti itu adanya, maka saya akan menjadikannya momentum untuk membangun kesadaran kebangsaan. Bahwa membela dan mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman. Ini bisa berarti jika sebaliknya yang terjadi, ada bagian yang hilang dari keimanan kita.
Rasanya tak ada orang berani meragukan keimanan, ketakwaan, dan kealiman Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari. Toh, KH Hasyim Asy’ari yang justru mengobarkan semangat juang untuk mencintai dan membela Tanah Air melalui resolusi jihad. Pesan moralnya sangat jelas: bahwa perang mempertahankan Tanah Air adalah jihad fisabilillah. Yang meninggal dalam perang kemerdekaan mempertahankan Tanah Air itu adalah syahid, meninggal di jalan Tuhan dalam kondisi mukmin dan muslim.
Hubbul wathan minal iman, ungkapan KH Hasyim Asy’ari ini saking populernya sampai2 orang Arab pun mengira itu hadis Rasulullah saw.