Post-gen Z atau akrab disebut gen alpha dikelompokkan sebagai generasi termuda. Mereka lahir di tahun 2010 dan setelahnya. Mereka lahir dalam keadaan dunia sudah sangat lekat dengan kecanggihan teknologi.
Karena itu, bagi generasi alpha ini, teknologi bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan sebagai pendamping setia yang tidak terpisahkan oleh manusia. Sejak lahir, mereka sudah disuguhi masifnya arus teknologi dan informasi, yang memudahkan manusia mengakses segala hal.
Bahkan saat ini, banyak balita dengan segala kecerdasan digitalnya sudah mampu memainkan smartphone. Hanya dengan diberi genggaman tersebut, anak-anak sangat lihai memainkan berbagai konten yang dihidangkan.
Mengutip dari Data Indonesia.id, Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 33,44% anak usia dini berusia 0-6 tahun di Indonesia sudah bisa menggunakan ponsel pada 2022. Sementara, 24,96% anak usia dini di dalam negeri juga mampu mengakses internet.
Selain memudahkan, kehadiran produk teknologi informasi digital tesebut juga memunculkan tantangan baru dengan segala risikonya, terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Maka, dengan realitas tersebut, orang tua perlu mengontrol akses anak dalam pengunaan gawai canggih. Hal yang lebih penting dari itu, anak gen alpha perlu diimbangi dengan pembekalan dasar agama yang kuat guna menghadapi era serba digital yang berkelanjutan.
Sebab, anak di usia dini atau dunia anak-anak merupakan suatu masa keemasan atau acap kali disebut golden age. Pemikiran anak masih bersih, belum terkontaminasi oleh ego dan hal buruk lainnya. Di usia itulah anak-anak seharusnya benar-benar dibentuk sebagai generasi sebaik-baiknya dan disemai pengenalan esensi tauhid. Dengan begitu, mereka akan mengenal penciptanya terlebih dahulu sebelum mengenal hal yang lebih luas lagi.
Hal ini senada dengan yang disampaikan syaikh Zarnuji dalam kitab Talim Muta’alim:
ويقدم علم التوحيد والمعرفة ويعرف الله تعالى بالدليل
Artinya: Hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid dan mengetahui Allah Swt beserta dalil-dalil-Nya.
Selain itu, kita juga dianjurkan untuk memperlajari ilmu-ilmu salaf (kuno) yang diajarkan Nabi Saw, sahabat, tabi’in, tabi’in tabi ‘in.
ويختار العتيق دون المحدثات، قالوا: عليكم بالعتيق وإياكم بالمحدثات، وإياك أن تشتغل بهذا الجدال الذى ظهر بعد انقراض الأكابر من العلماء، فإنه يبعد عن الفقه ويضيع العمر ويورث الوحشة والعداوة، وهو من أشراط الساعة وارتفاع العلم والفقه،كذا ورد فى الحديث
Artinya: Hendaknya pula memilih ilmi-ilmu yang kuno, bukan yang baru lahir. Banyak ulama berkata : “Tekunilah ilmu kuno, bukan yang baru saja ada.” Awas, jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur setelah habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan pelajar dari mengenali fikih, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyapnya fikih dan pengetahuan-pengetahuan lain, demikianlah menurut hadis.
Sejatinya, dunia hanyalah tempat manusia diuji dengan deret kenikmatan dan cobaan. Maka dari itu, selain memberi stimulasi perkembangan fisik, anak juga perlu diberi stimulus ajaran tauhid dan pondasi hukum-hukum Allah sebagai dasar sekaligus penuntun anak menjamah kehidupan fana.
Tidak heran apabila sejak dahulu, nenek moyang kita mengajarkan anak-anak kecil baik di langgar, masjid, surau, ataupun mushola mengenalkan wujud qidam baqo sebagai esensi pengenalan tauhid begitu juga dengan rukun-rukun Islam.
Lebih menarik, pengenalan tersebut dikemas dalam seni lagu. Dengan lagu anak-anak akan lebih mudah menghafalnya. Tidak dapat dimungkiri, bahwa dunia anak merupakan dunia yang menyenangkan. Bernyanyi dan bersenda gurau adalah hal yang diminati anak-anak usia dini.
Karena itu, salah satu cara terbaik dalam mendidik anak gen alpha juga dengan mewujudkan masjid ataupun lembaga pendidikan yang ramah anak. Anak-anak, di usianya yang aktif bahkan hiperaktif, membutuhkan sentuhan kasih sayang bukan dengan amarah. Di sisi lain, hal itu menjadi teladan bagi anak untuk mengenalkan Islam yang ramah tanpa marah dalam menebar rahmah dan mashlahah. Mengingat, saat ini banyak sekali propaganda ideologi mengatasnamakan Islam bergaris keras (ekstrimisme).
Sampai saat ini ajaran nenek moyang itu (dengan lagu-lagu) masih lestari dan perlu dirawat dengan baik. Seni mengenalkan tauhid maupun hukum-hukum Allah dengan lagu akan lebih membekas di hati dan otak anak. Apalagi jika disertai dengan gerak-gerakan, anak akan lebih menikmatinya.
Dalam dunia anak usia dini, saya dan teman-teman merasakan bahwa anak-anak lebih menyukai pengenalan dasar agama dengan lagu-lagu daripada sekadar penjelasan panjang lebar. Di sinilah lagu sebagai jembatan pemahaman anak. Dengan hanya mendengarkan penjelasan semata, mereka akan lebih tertarik untuk mengusili temannya atau bergurau dengan temannya. Hal ini sangat maklum karena tingkat kefokusan anak terbatas pendek.
Hal ini selaras dengan pernyataan Bhavi Sirpal, ahli patologis bahasa anak di Ontario, Kanada. bhavi mengatakan bahwa rentang perhatian balita memang masih pendek.
Mengutip dari halodoc, menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Brain Balance Center, disebutkan kalau rentang konsentrasi anak yang ideal adalah dua hingga tiga menit dikali usia mereka. Anak usia 2 tahun, rentang konsentrasi idealnya 4-6 menit, sedangkan 4 tahun idealnya 8-12 menit, 6 tahun idealnya 12-18 menit, dan 8 tahun di 16-24 menit.
Melihat konteks tersebut, diperlukan seni belajar yang menyenangkan dengan proporsional sesuai usia anak. Dengan menakar usia anak yang sedang asyik-asyiknya bermain, perlu sekali menyisipkan ilmu terpenting sebagai fondasi ketauhidan dan pengenalan dasar hukum Allah dengan cara yang menyenangkan dan asyik.
Sejatinya agama ini indah, lekat dengan kasih sayang dan cara menyampaikannya juga perlu cara yang indah. Lagu mempunyai nilai estetika yang sarat akan nilai seni. Jika dahulu Walisongo mengenalkan tembang-tembang seperti Sluku-sluku Batok sebagai bentuk dakwah, misalnya, maka lagu-lagu terkini yang digemari anak juga bisa menjadi seni dakwah era modern. Salah satunya sebagai bentuk pengalihan fokus anak terhadap gadget.
Peranti canggih produk kemajuan teknologi digital juga telah menyuguhkan hal-hal positif. Kita dapat menggunakannya untuk mencari lagu-lagu yang disukai anak, lagu-lagu kreatif tentang tauhid dasar, bahkan kita juga dapat men-sharing lagu kreasi sendiri di media tentang pengenalan tauhid kepada anak gen alpha.
Di antara berbagai deret seni lagu tauhid maupun hukum Allah yang familiar dan disukai anak yaitu Satu-satu Aku Sayang Allah, Saya mlMau ke Makkah, Tepuk Tugas Malaikat, anama-nama Nabi, Anak-anak Nabi, Mukjizat Nabi, Tepuk Wudhu, dan masih banyak lagi.
Pemikiran dan hati bersih yang belum terkontaminasi dengan ego tersebut menjadi aset berharga yang perlu dikucuri ajaran tauhid agar dimanapun mereka berada selalu merasa Allah selalu mengawasi secara dekat. Sehingga kelak, jika tumbuh menjadi gen-gen alpha dengan segala karut marutnya dunia dan keruhnya arus informasi, mereka akan tangguh dan selalu berpegang pada nilai kebenaran karena merasa setiap gerak geriknya diawasi Allah dan dicatat oleh malaikat-Nya.
Tentu dengan bekal fondasi-fondasi keagamaan yang kukuh akan menjadi aset-aset berharga masa depan, menjadi iinvestasi dunia akhirat berkelanjutan. Wallahu a’lam bis showab.
Sumber foto: rri.co.id.