Syekh Zainuddin, Ulama Pejuang dari Lombok

200 kali dibaca

Tak hanya dicatat sebagai penyebar Islam di Pulau Lombok, Syekh Zainuddin Abdul Majid juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Namanya pun diabadikan sebagai pahlawan nasional. Perkembangan Islam yang demikian pesat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) bagian dari buah perjuangannya.

Syekh Zainuddin Majid lahir di Desa Pangkor, Lombok Timur, pada 5 Agustus 1898. Tak hanya berjasa besar dalam pengembangan Islam lokal, tetapi juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Komitmennya terhadap pendidikan dan agama meninggalkan bekas mendalam yang masih terasa hingga saat ini. Ia dikenang sebagai salah satu ulama besar di Nusantara.

Advertisements

Pendidikan dan Pengabdian

Latar belakang keluarga Maulana Syekh Zainuddin Abdul Majid sangat mempengaruhi jalan hidupnya. Ia terlahir dari keluarga akademisi yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan.

Saat masih kecil, ia menerima bimbingan agama dari ayahnya, Tuan Guru Haji Abdul Majid, seorang ulama berpengaruh di Lombok. Pendidikan formalnya dimulai di beberapa pesantren di Lombok. Ia lalu melanjutkan studinya di berbagai pesantren di Pulau Jawa, termasuk Pesantren Tebuiren di Jombang. Pondok pesantren ini dianggap sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terbesar dan paling berpengaruh pada masanya, dan merupakan tempat Maulana Syekh Zainuddin memperoleh landasan yang kuat dalam ilmu Islam.

Puncak pendidikan Maulana Syekh Zainuddin terjadi ketika ia melanjutkan studinya di kota suci Makkah yang ketika itu merupakan pusat ilmu pengetahuan Islam pada saat itu. Di Makkah, ia belajar pada ulama besar seperti Syekh Muhammad Mahfuz di Tarmashi dan Syekh Ahmad Khatib al-Minankabawi.

Dari guru-guru hebat tersebut, Maulana Syekh Zainuddin tidak hanya memperoleh ilmu yang luas di berbagai bidang keislaman seperti fikh, tafsir, dan hadis, namun juga memperoleh pengenalan tasawuf yang memberikan pengaruh besar terhadap kerohanian dan kehidupan pribadinya nanti.

Ketika Maulana Syekh Zainuddin kembali ke Lombok setelah menyelesaikan studinya di Makkah, ia merasa terpanggil untuk menggunakan ilmunya demi kemajuan masyarakat. Pada tahun 1937 ia mendirikan madrasah yang kemudian berkembang menjadi organisasi Nahdlatul Watan (NW).

Nadlatul Watan yang berarti “Kebangkitan Tanah Air” didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Lombok melalui pendekatan holistik yang memadukan pengetahuan agama dan pengetahuan populer. Di bawah kepemimpinannya, NW berkembang menjadi jaringan pendidikan luas yang mencakup madrasah, sekolah, dan pesantren di Lombok dan sekitarnya.

Pandangan Syekh Zainuddin termasuk progresif di masanya. Sebab, ia juga menekankan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Saat itu, pendidikan bagi perempuan dianggap kurang penting, namun gagasan tersebut dipatahkannya dengan mendirikan madrasah khusus perempuan. Ia percaya bahwa pendidikan adalah hak bagi semua orang, tanpa memandang gender. Menurutnya, perempuan yang berpendidikan membawa kebaikan bagi keluarga dan masyarakat mereka.

Perjuangan Kemerdekaan

Selain berjasa di bidang pendidikan, Syekh Zainuddin Abdul Majid juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai ulama yang disegani, ia memanfaatkan pengaruhnya untuk membangkitkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di kalangan masyarakat Lombok. Pertarungan ini tidak hanya diwujudkan dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata. Ia mendukung berbagai gerakan perlawanan dengan memberikan bimbingan spiritual dan moral kepada para pejuang dan mengorganisir dukungan logistik.

Bagi Syekh Zainuddin, perjuangan melawan kolonialisme sebagai bagian dari jihad, sebuah kewajiban agama untuk melindungi tanah air dari penindasan. Ia mengajarkan kepada umatnya bahwa kemerdekaan adalah hak yang harus diperjuangkan bukan sekadar karena alasan politik, namun sebagai bagian dari upaya menjaga harkat dan martabat seseorang sebagai seorang muslim. Melalui ceramahnya, ia menanamkan keyakinan bahwa perjuangan melawan kolonialisme adalah bentuk ibadah yang luhur dan agung kepada Allah.

Pasca Indonesia merdeka, Syekh Zainuddin Abdul Majid terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa, khususnya melalui pembangunan NW. Hingga akhir hayatnya pada tanggal 21 Oktober 1997, Syekh Zainuddin tetap aktif terlibat dalam memajukan dan mendakwahkan pendidikan Islam di Pulau Lombok. Organisasi yang didirikannya tidak sekadar pusat pendidikan, namun juga menjadi benteng moral dan spiritual masyarakat Lombok, serta simbol kebangkitan dan kemerdekaan umat Islam di wilayah tersebut.

Pengaruh Syekh Zainuddin juga meluas ke berbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Sebab, Syekh Zainuddin juga mengajarkan pentingnya persatuan dan solidaritas antarumat untuk mengatasi tantangan zaman. Melalui NW, ia mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan sosial dan ekonomi serta selalu menjaga integritas dan etika dalam segala tindakannya. Oleh karena itu, ajarannya tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga sangat praktis dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia mengakui jasa Syekh Zainuddin Abdul Majid dengan menganugerahkannya gelar Pahlawan Nasional. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas dedikasi dan perjuangannya dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan dan dakwah Islam, serta kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan. Warisan yang ditinggalkannya, khususnya melalui NW, juga akan bermanfaat bagi generasi mendatang dan menjadikannya sosok yang patut diteladani dan dihormati.

Sebagai ulama, pendidik, dan pejuang kemerdekaan, Syekh Zainuddin Abdul Majid adalah contoh nyata bagaimana agama dapat menjadi kekuatan luar biasa dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat. Kehidupan dan perjuangannya menunjukkan bahwa orang yang berilmu dan beriman mampu memberikan kontribusi besar bagi kemajuan suatu bangsa dan agama. Pengaruhnya akan tetap hidup dan menginspirasi generasi mendatang untuk membangun Indonesia yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai Islam yang kuat dan semangat kebangsaan yang teguh.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan