Dalam menyambut malam lailatul qadar, Musala Hidayatul Jalali wal Ikrom di daerah kami (di Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) mengadakan tahlil bersama pada Ahad, 20 Ramadan 1442 Hijriyah. Acara dimulai dengan saling bertukar takjil untuk berbuka puasa. Banyak juga jamaah berusia anak-anak yang menyambut gembira ketika pembagian takjil.
Acara tahlil bersama dimulai setelah pelaksanaan salat maghrib berjamaah. Sebelum mendoakan keluarga jamaah yang sudah berpulang, imam musala menyampaikan ceramah singkat. Dalam ceramah singkatnya, imam musala mengingatkan para jamaah untuk meningkatkan amal ibadahnya di akhir ramadan. Dengan diadakan acara tahlil ini, musala semakin ramai. Hal tersebut terjadi karena masyarakat yang umumnya salat maghrib di rumah ikut meramaikan tahlil di musala.
Banyak nilai-nilai islami yang bisa kita ambil dari pelaksanaan acara tahlil di malam lailaitul qadar tersebut. Pertama, jamaah tahlil akan mendapatkan pahala lailatul qadar berlipat. Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Sahih hadis dari sahabat Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
Artinya: “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Dengan adanya acara tahil bersama tersebut para jamaah saling mengingatkan mengenai datangnya malam lailatul qadar. Hal ini berarti jamaah tahlil saling mengajak untuk lebih giat beribadah di akhir Ramadan ini. Sungguh beruntung jika seseorang mendapatkan pahala lailatul qadar.
Kedua, doa jamaah tahlil insyaallah akan terkabul. Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh orang yang berpuasa, di antaranya adalah doa-doanya tidak akan tertolak. Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam bersabda dalam hadis riwayat Anas bin Malik RA:
وعن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ثلاث دعوات لا ترد: دعوة الوالد، ودعوة الصائم، ودعوة المسافر.
Artinya: “Tiga orang yang tidak akan tertolak (doanya), yaitu; doa orang tua bagi anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir.” (HR Al-Baihaqy).
Orang yang telah meninggal sesungguhnya masih bisa menerima kiriman pahala berupa doa-doa kebaikan yang dilantunkan oleh anak, keluarga, atau saudara sesama muslim. Dalam salah satu hadis yang lain Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam juga bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا فَوْقَ الْغَمَامِ وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِي لأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
Artinya: “Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam juga bersabda dalam hadits lain riwayat Abu Huraira RA, “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak, yaitu; orang yang berpuasa sewaktu ia berbuka, imam atau pemimpin yang adil, dan doa dari orang yang teraniaya. Doanya itu dinaikkan Allah menembus awan dan dibukakan baginya pintu-pintu langit, serta firman Allah kepadannya, ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menolongmu, walau di belakang nanti’.” (HR Turmudzi).
Salah satu doa yang akan diterima Allah adalah doanya orang yang sedang berpuasa. Sungguh berbahagia para ahli kubur ketika kiriman doa tersebut sampai kepadanya karena para pengirim doa sedang berpuasa Ramadan. Kebahagiaan mereka melebihi kegembiraan mendapatkan kekayaan dunia beserta isinya ketika doa tersebut sampai kepadanya.
Ketiga, mendapatkan pahala seperti orang yang sedang berpuasa dan kamar di surga. Memberi makanan untuk berbuka puasa itu adalah amalan yang sangat istimewa apalagi pada bulan Ramadan. Disebutkan dalam hadis dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Salam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya: “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192.).
Di hadis lain juga dijelaskan: dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi Sallallahu Alaihi wa Salam bersabda,
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا. فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
Artinya: “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi Sallallahu Alaihi wa Salam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan salat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984).
Sungguh sangat beruntung bagi seorang muslim jika ia mendapatkan dua atau lebih pahala puasa bulan Ramadan. Hal tersebut disebabkan puasa Ramadan itu memiliki banyak keutamaan yang tidak bisa dibandingkan dengan puasa-puasa pada bulan lain.
Keempat, mendapat pahala berkali lipat. Umat muslim yang berpuasa pada bulan Ramadan, jika beramal baik akan mendapatkan pahala tujuh puluh kali lebih baik dari bulan-bulan di luar Ramadan. Hal tersebut disampaikan dalam khotbah Rasululah Salallahu Alaihi wa Salam pada akhir Sa`ban,
Artinya: “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu,nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhori-Muslim).
Ada juga hadis lain dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: “Nabi Sallallahu Alaihi wa Salam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul Salallahu Alaihi wa Salam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307)
Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullahpernah mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) lebih afdhal dari seribubacaan tasbih di bulan lainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 270)
Marilah kita isi akhir ramadan ini dengan kegiatan yang ibadah karena belum tentu di tahun depan kita menemukan lailatul qadar. Sebagai muslim yang bertakwa kita patut berbangga dengan adanya tradisi Islami yang memiliki banyak manfaat bagi umat Islam. Jangan sampai tradisi yang mampu menumbuhkan ketakwaan masyarakat dan pengingat masyarakat atas datangnya lailatul qadar ini hilang tergerus oleh zaman.