Ada banyak peristiwa yang terjadi di pesantren-pesantren tanah air. Bahkan peristiwa itu sangat disayangkan sekali ketika tak ada yang mengungkapkannya ke permukaan. Apabila kejadian dan kisah itu ditulis menjadi karya, saya pikir merupakan keindahan yang tak akan pernah terkalahkan. Salah satunya adalah buku puisi dari anak-anak Sanggar 7 Kejora di Madrasah Al-Huda yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Miftahul Huda Sumenep, Madura.
Sastra dan kitab klasik menjadi marwah harum di lingkungan pesantren, baik sastra Arab mau pun sastra berbahasa Indonesia. Dimungkiri atau tidak, banyak pondok pesantren yang masih setia merawat sastra. Salah satu di antaranya Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Gukuk Sumenep, Ibrahimy Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, terlebih juga Pondok Pesantren Miftahul Huda Gapura, dan pesantren-pesantren lainnya yang tak mungkin akan saya sebut satu per satu.
Sebaiknya, santri-lah yang selalu paham akan keadaan di mana ketika mengabdi misalnya, sehingga nantinya, berkarya dalam memupuk proses kreatifnya belajar sambil berpuisi di mana saja dan kapan saja menjadi suatu kebiasaan yang elegan. Tentu itu akan lebih bahagia ketika kejadian-kejadian yang tak terduga bisa ditulis dalam betuk kumpulan buku puisi seperti ini.
Sabagai bentuk motivasi bagi peresensi dan pembaca. Sedikit saya ingin mengajak pembaca mengingat sejarah. Entah filosofi sebelum buku ini terbit dan setelahnya hingga berdampak positif bagi sekalian yang budiman.
Berangkat dari kegelisahan yang ada, sebetulnya ini bagian dari kenyataan dan hikmah rasa kebetulan saja yang tak pernah ada di tahun-tahun sebelumya. Tetapi memang kita akui bahwa sastra di Madrasah Al-Huda secara umum mempunyai marwah yang signifikan, khususnya di MTs. Sejarah telah membuktikan bahwa dari dulu lulusan MTs Al-Huda ketika pindah melanjutkan studi-nya ke Madrasah Aliyah Al-Huda tidak mempunyai wadah ketika dihadapkan dengan sebagian alumninya yang antusias sekali dan sangat mencintai dunia kesusastraan Indonesia.
Pada tahun 2021, saya diminta oleh Zayyadi, S.Pd.I (Kesiswaan Madrasah Aliyah Al-Huda) menjadi tutor sastra untuk mengisi waktu luang anak-anak memperbincangkan dan membahas keindahan diksi-diksi puisi. Berkat diamini oleh Kepala MA Al-Huda bapak Luthfi, SE pada waktu itu maka dari situlah sebetulnya buku ini terbit dan tercipta.
Terbitnya buku antologi puisi dari 8 anak-anak Sanggar 7 Kejora ini sebetulnya berkat konsistensi bincang-bincang literasi yang biasa diadakan setiap hari Senin sekali, atau tiap minggu lah bahasa gampangya. Kami menyebutnya Literasi Senin Pagi. Tetapi kami di MA Al-Huda punya komitmen kuat dan berupaya tidak menghilangkan nama Sanggar 7 Kejora. Karena munculnya sanggar di Al-Huda berangkat dari filosofi yang hakiki. Hingga judul antologi ini pun kami pasrah memberikan sentuhan tajuk yang ada aroma kata kejoranya. Di samping tidak menghilangkan nama komunitas sanggar yang pernah naik daun di lembaga Al-Huda sebelumnya, saya pikir juga bagian dari cara kami merawat sastra di Madrasah Aliyah Al-Huda.
Sebagai tutor saya sangat bangga dengan adanya terbitan buku baru di MA Al-Huda bertajuk Tembang 7 Kejora, dan ini bukan serta-merta kami terbitkan untuk sekadar gaya-gayaan, tetapi naskah yang ada dalam kumpulan puisi ini sudah kami bahas dan dikoreksi bersama setiap hari Senin di komuntas yang kami geluti.
Ucapan terima kasih juga kami persembahkan untuk sahabat baik saya penyair nasional Faidi Rizal Alief dan A WArits Rovi, yang sudah setia mendidik nama-nama 8 penulis yang ada dalam buku ini di tahun akademik sebelumnya. Pas ketika masih belajar puisi di MTs tempat saya mengabdi. Karena saya pribadi sadar, tanpa arahan dan motivasi dari beliau yang sangat menginspirasi, saya yakin tidak akan sanggup menjadi Lailah Nur Diana yang karyanya sudah dimuat di koran Rakyat Sultra, tidak akan sanggup menjadi Salwiyah yang karyanya sudah terbang ke mana-mana, tidak akan sanggup menjadi kalian semua tanpa terkecuali dalam buku ini hingga bisa menjadi (penyair) penulis puisi.
Salam takzim, terima kasih kepada kalian para pembaca yang sudah sedia dan setia membaca buku ini. Juga tak lupa terkhusus para guru, uztaz dan ustazah semuanya yang tak pernah lupa mendoakan para murid-muridnya, hingga buku yang sangat sederhana ini bisa menghiasi kekosongan pembaca bersastra ria.
Yang menarik dalam buku ini adalah berkat konsistensi, baik konsistensi di dalam berkarya, berpuisi, diskusi puisi, maupun diskusi media, dan terus bergerak maju membingkai garis kesusastraan Indonesia. Katakanlah suatu proses yang tak pernah terbaca di tahun-bulan sebelumnya. Meskipun buku ini cetak POD, tapi berkat kegigihan paran penulis dari 8 nama dalam buku ini, saya pikir menjadi motivasi awal untuk para penulis dan pembaca menerjemahkan segala keabsurdan yang tak terlihat. Semoga saja ini menjadi awal keberhasilan para santri yang cinta puisi di lembaga Yayasan Miftahul Huda.
Gapura Timur, 16 Mei 2023.
Data Buku
Judul Buku : Tembang 7 Kejora
Penulis : 8 Anak-anak Literasi Sanggar 7 Kejora Madrasah Al-Huda
Penerbit : 7 Kejora
Terbitan : Pertama, Juni 2023
Tebal : 121 Halaman