Yang Hilang Selama Perjalanan

95 views

*Catatan Perjalanan Ki Ageng Ganjur ke Vatikan (2)

Tepat pukul 18.45 tanggal 30 November, pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan QR 380 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta menuju Vatikan membawa rombongan Ki Ageng Ganjur (KAG).

Advertisements

Ada perasaan yang hilang dan tertinggal saat kami berangkat, karena tidak lagi didampingi oleh manajer yang selama ini mendampingi dan mengurus keperluan para anggota KAG, Ibu Arifah, yang kini mengemban tugas negara sebagai menteri.

Sehari sebelum berangkat, tepatnya pada 29 November pukul 15.00, KAG melakukan reharshaal konser (konser gladi) di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta dengan tajuk “Farewell Concert Road to Vatican”. Acara yang diinisiasi oleh Fakultas Islam Nusantara (FIN) UNUSIA ini juga dimaksudkan sebagai pelepasan KAG sebagai delegasi kebudayaan untuk missi perdamaian dan kemanusiaan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBN) dan UNUSIA.

Acara ini juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Hj Arifatul Choiri Fauzi, Dr Ahmad Suaedi (Dekan FIN yang juga Wakil Ketua PBNU), Ulil Abshar Abdalla (Wakil Sekjen PBNU), dan para dosen UNUSIA, di antaranya Dr Nabila, Dr Ayatullah, Dr Ahmad Ginanjar Sya’ban, serta mahasiswa dan civitas akademika UNUSIA lainya.

Mewakili UNUSIA, Dr Nabila menyampaikan bahwa kegiatan Roadshow ini merupakan langkah strategis dalam menunjukkan wajah Islam Nusantara di hadapan publik internasional. Oleh karena itu, UNUSIA sangat mendukung program ini karena menjadi bagian dari misi UNUSIA yang concern terhadap pengembangan pemikiran dan gerakan kebudayaan Islam Nusantara.

Pernyataan D  Nabila ini sejalan dengan Dr Al-Zastrouw, pimpinan KAG yang menyatakan bahwa misi KAG adalah melakukan dialog lintas iman melalui kebudayaan.

“Kalau dialog lewat mulut yang terjadi perdebatan dan pertikaian, tapi kalau dialognya lewat musik, maka akan terjadi perdamaian karena semua merasa senang dan bahagia,” demikian kata Zastrouw mengutip pernyataan Gus Dur.

“Dialog melalui seni budaya ini merupakan cara yang digunakan oleh para ulama Nusantara yang akhirnya menjadi karakter Islam Nusantara,” lanjut Zastrouw.

Sementara itu, dalam sambutan pelepasan, Dekan FIN UNUSIA yang sekaligus Wakil Ketua PBNU, Dr Ahmad Suaedy, menyatakan bahwa Roadshow Kebudayaan yang dilakukan oleh KAG merupakan bagian dari upaya mewujudkan humanitarian Islam. Selain itu, Dr Suaedy juga menyatakan bahwa UNUSIA sedang mempersiapkan program studi Seni Budaya Islam Nusantara.

“Untuk mengembangkan pemikiran seni budaya budaya Islam Nusantara kami sudah lama merencanakan pembukaan program studi seni budaya Islam Nusantara. Kami sedang taraf mempersiapkan SDM-nya. Apa yang kita lakukan saat ini merupakan bagian dari persiapan tersebut,” kata Suaedy.

Pelepasan roadshow internasional KAG ke Vatikan secara resmi dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Hj Arifatul Choiri Fauzi.

Dalam sambutannya, ia menegaskan, meskipun KAG bukan utusan resmi negara, namun penampilan KAG dan misi yang dibawanya adalah representasi masyarakat Indonesia. Untuk itu Arifah berpesan agar KAG dapat menjaga nama baik bangsa dan budaya Indonesia dengan memberikan penampilan yang sebaik-baiknya sehingga menimbulkan kesan yang baik di hadapan masyarakat internasional.

Malam hari, setelah konser pelepasan di UNUSIA, diselenggarakan selamatan dan doa bersama di rumah dinas Menteri PPPA di Jalan Widya Candra. Hadir dalam acara selametan ini para kolega Ki Ageng Ganjur,  di antaranya Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Restu Gunawan, para Deputi Kementrian KPPPA, tim Akar Indonesia, perwakilan PT Djarum, Elly Taguchi dari Soka Gakkai Indonesia, dan lain-lain.

Dalam acara selametan dan doa bersama ini, Zastrouw menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga kegiatan Roadshow Internasional KAG ke Vatikan dan Roma dapat terlaksana. Zastrouw juga memohon doa agar roadshow kali ini berjalan lancar, sukses, dan dapat membawa manfaat untuk nama baik bangsa Indonesia. Sedangkan, Menteri Arifah menyampaikan rasa haru dan sedih karena tidak dapat ikut dalam event yang sudah dipersiapkan sekitar enam bulan.

Pada jam 23.00 waktu Doha, pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandara Internasional Hamad Doha untuk transit. Saat berada di bandara, kami teringat 15 tahun lalu, saat KAG pentas di Qatar, tepatnya pada tahun 2009. Pada saat itu, Ki Ageng Ganjur mengadakan roadshow internasional untuk pertama kali di Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA). Para artis yang mendampingi KI Ageng Ganjur saat itu adalah Mell Shandy, Andi Riff, Evie Tamala, dan Niken KDI.

Sebelum pelaksanaan Roadshow KAG ke Qatar dan UEA, pada tahun 2008 kami melakukan konser persiapan di Qatar. Dalam Konser persiapan ini kami menghadirkan artis Widi Hello dan Dara KDI yang diiringi oleh band dari KBRI dan para TKI yang ada d Qatar. Konser persiapan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia yang ada di Qatar. Hal inilah yang membuat kami yakin untuk menyelenggarakan konser KAG pada tahun berikutnya.

Saat transit di Doha, kembali kami merasakan ada sesuatu yang hilang, karena absennya sang manajer. Biasanya ibu manager yang selalu cerewet mengingatkan anak-anak Ganjur agar tidak terpisah dari rombongan. Ibu manager pula yang membeli makanan kecil untuk camilan saat menunggu di ruang transit. Menghitung jumlah rombongan atau berlari mencari gate dan bertanya pada petugas untuk keberangkatan berikutnya. Beruntung ada Mbak Yanie dan Mbak Retno yang malam itu menjadi pengganti peran ibu manajer yang tidak bisa berangkat. Keberadaan dua perempuan ini cukup menjadi penenang bagi anak-anak Ganjur.

Pada jam 02.50, pesawat dengan nomor penerbangan QR 115 take off membawa rombongan KAG menuju Bandara Internasional Fumicino Roma. Tak banyak aktivitas yang dilakukan selama penerbangan menuju Roma. Semua istirahat menikmati perjalanan panjang yang melelahkan, hingga akhirnya kami mendarat pada pukul 06.55 waktu Roma. Udara musim dingin kota Roma yang mencapai 5 derajat menyambut kedatangan kami. Namun udara musim dingin saat itu dapat dilawan oleh semangat yang membara dari rombongan KAG.

Setelah melewati pintu gerbang pemeriksaan visa, rombongan disambut oleh Pak Haryadi, petugas dari KBRI yang masuk hingga ke dalam bandara. Pukul 8.50 rombongan tiba di Wisma Indonesia KBRI Tahta Suci Vatikan. Setelah memasukkan barang-barang ke kamar, rombongan langsung menikmati sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh Bu Dubes.

Selesai sarapan, rombongan melakukan koordinasi dengan Pak Haryadi, petugas dari KBRI mengenai berbagai aktivitas yang akan dilakukan KAG selama berada di Vatikan. Beberapa kegiatan tersebut di antaranya workshop gamelan untuk pegawai KBRI dan orang-orang Indonesia yang ada di KBRI, latihan bersama dengan komunitas seni musik dari Roma, konser di KBRI, kunjungan ke Basilika dan Museum Vatikan. Setelah briefing dan koordinasi, rombongan KAG langsung istirahat, karena hari itu memang tidak ada jadwal kegiatan.

Malam hari, setelah istirahat para personil KAG  melakukan latihan dan persiapan materi workshop di aula KBRI Tahta Suci Vatikan. Dalam suasana seperti ini biasanya kami mendengar petuah ibu manajer yang selalu mengingatkan agar anak-anak Ganjur selalu menjaga disiplin waktu, menjaga kebersihan, dan serius dalam latihan. Namun kali ini petuah seperti itu tidak terdengar lagi. Inilah yang membuat kami merasa ada sesuatu yang hilang dalam dalam roadshow kali ini.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan