Gaya hidup modern dan hedonisme mendorong manusia untuk bersifat konsumtif. Aktivitas manusia yang beragam terkadang tanpa disadari dapat menimbulkan sampah. Terlebih lagi barang yang hanya sekali pakai. Salah satu upaya untuk menekan laju sampah akibat gaya hidup yang konsumtif adalah zero waste.
Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak untuk menggunakan produk sekali pakai atau produk yang bisa menimbulkan sampah dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya agar sampah tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Ini menjaga sumber daya dan melestarikan alam.
Selain itu, zero waste memiliki sebuah prinsip yang mengajak untuk sangat peduli dengan lingkungan. Tidak hanya cukup dengan tidak membuang sampah sembarangan, melainkan juga dengan menanamkan prinsip berkehidupan sehat kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Berhubung zero waste merupakan gaya hidup, tentu butuh waktu dan proses untuk mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari. Melakukan dengan perlahan, namun dibarengi dengan sikap konsisten merupakan hal yang bijak dan perlu dilaksanakan. Singkatnya, zero waste memiliki prinsip kepedulian terhadap lingkungan dan sosial.
Pesantren yang merupakan miniatur masyarakat sudah selayaknya mulai menerapkan gaya hidup dan prinsip-prinsip zero waste. Dengan memiliki sumber daya manusia yang besar dan padat, pesantren sangat berpotensi untuk menimbulkan sampah yang melimpah. Karena itu, zero waste adalah jalan terbaik untuk menjaga kebersihan dan keindahan di lingkungan pesantren. Selain itu, sebagai tempat persemaian calon para agamawan, tentu maqalah “kebersihan adalah sebagian dari iman” tidak mungkin dapat dilupakan. Adapun zero waste merupakan ladang terbaik untuk mengamalkan ilmu tersebut. Kendati demikian, pesantren yang memiliki kultur yang berbeda-beda akan menghadapi peluang dan tantangan beragam dalam menerapkan program zero waste ini.
Peluang Zero Waste
Dalam pesantren, santri tidak hanya melulu diberi asupan ilmu agama yang memang menjadi prioritas. Namun, santri juga diajari untuk memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan sosial. Hal itu dibuktikan dengan beberapa peraturan yang diterapkan di pondok pesantren untuk memupuk semangat kepedulian itu, seperti kegiatan kerja bakti (ro’an), program bakti sosial, dan kegiatan lain yang mencakup ruang lingkup lingkungan dan sosial. Zero waste sebenarnya juga merupakan salah satu prinsip yang dianjurkan oleh agama Islam, sehingga pesantren yang bernapaskan islami tentu akan mengalami kesulitan dalam menerapkan program ini.
Peluang pesantren dalam menerapkan zero waste didukung oleh sumber daya manusia yang melimpah dan relatif mudah untuk diarahkan. Sehingga, zero waste dapat dengan mudah diterima dan dilaksanakan oleh seluruh warga pesantren. Zero waste yang mengharuskan untuk memiliki jiwa dan usaha yang kreatif agar bagaimana sampah itu tidak berakhir sia-sia di TPA. Dalam hal ini, kaum santri memiliki kapabelitas yang sangat besar. Dan itu dibuktikan dengan beberapa program lanjutan zero waste, seperti daur ulang sampah, menciptakan produk dari sampah, dan usaha kreatif lainnya.
Kabar baiknya, dewasa ini peluang-peluang itu disadari dan sudah mampu dimanfaatkan kalangan pondok pesantren, khususnya pesantren modern yang selalu menekankan dan mensosialisasikan tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kesadaran sosial.
Tantangan Penerapan Zero Waste
Kendati peluang yang dimiliki pesantren dalam mengimplemetasikan zero waste cukup besar, namun tantangan atau kendala itu selalu ada. Sumber daya manusia yang banyak menjadi peluang untuk zero waste, namun ketika hal itu tidak dibarengi dengan konsistensi dan kesungguhan dalam menjalankan program ini, justru peluang itu akan menjadi tantangan. Selain itu, tantangan juga disebabkan oleh beberapa kebijakan pesantren yang justru tidak sesuai dengan zero waste, seperti pelegalan rokok dan pemakaian plastik yang tidak dibatasi.
Tantangan itu juga bisa disebabkan oleh kurangnya sosialisasi pihak pesantren terhadap para santri agar mengurangi gaya hidup yang konsumtif dan beralih ke gaya hidup zero waste. Sebab, banyak santri yang terkadang kurang mampu dimaksimalkan sumber dayanya dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan dan sosialnya.
Pengalaman Al-Anwar 3
Sudah banyak sekali pondok pesantren yang mulai menerapkan zero waste. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Zero waste di Pesantren Al-Anwar 3 dimulai sejak 2022 atas intruksi langsung dari pengasuh, yaitu KH.Abdul Ghofur Maimoen dan Bu Nyai Nadia Jirjis.
Pesantren Al-Anwar 3 yang berisikan para mahasiswa tentu sudah memiliki kesadaran yang baik dalam menjaga lingkungannya. Zero waste di Pesantren Al-Anwar 3 dimulai dengan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, beberapa regulasi dibuat untuk mendukung program ini, seperti pembatasan penggunaan kantung plastik dan penetapan jadwal kerja bakti per hari.
Selain itu, penananganan dan pengelolaan sampah dilakukan pembagian menjadi tiga kelompok, yaitu sampah organik, anorganik, dan residu. Sampah residu nantinya diolah menjadi bahan pembuatan paving atau batako sebagai usaha kreatif pesantren.
Dari penjelasan salah satu anggota bagian pengolahan sampah, sampah residu dibakar dan abu hasil pembakarannya ini dijadikan paving dengan campuran pasir dan semen. Meskipun masih berskala kecil, namun hal ini cukup efektif untuk menekan laju sampah di TPA. Dengancara ini, tiap hari dihasilkan 20 paving yang dilakukan 3-5 hari dalam seminggu. Dan sebagai pengukuhan program, pengasuh selalu mensosialisasikan dan senantiasa mengingatkan pentingnya merawat lingkungan.
*Naskah peserta Lomba Karya Tulis Ekologi Kaum Santri 2024 dengan judul asli “Zero Waste: Peluang dan Tantangan serta Implementasi”.
Zero Waste: Jika dimaksudkan sebagai “bebas sampah” adalah tidak mungkin. Tetapi di tulisan ini, dalam pemahaman saya, adalah pengelolaan sampah agar sampah-sampah yang ada dapat dikelola dengan sedemikian sehingga tidak menjadi problem di lingkungan sekitar. Sampah dalam sebuah komunitas manusia pasti ada. Namun dengan pengelolaan yang baik akan menjadi peluang untuk kemanfaatan bagi kita semua. Intinya: Tulisan ini inspiratif, berkualitas, dan bermanfaat!!!
makasih kak atas komentarnya….itu yang dimaksud bebas sampah cuma sebatas makna tekstual dari zero waste. Namun, yang selalu disampaikan kyai, zero waste adalah sebuah prinsip.