Analisis Sosiologis “Arbabun Mutafarriqun” dalam Masyarakat Kontemporer

195 kali dibaca

Dalam kajian sosiologi agama, konsep politeisme dan monoteisme telah lama menjadi subjek diskusi. Namun, perkembangan masyarakat modern telah memunculkan bentuk-bentuk baru “objek pemujaan” yang menarik untuk ditelaah.

Tulisan ini akan mencoba menganalisis fenomena tersebut dengan menggunakan perspektif Al-Qur’an Sura tYusuf ayat 39 sebagai titik awal refleksi.

Advertisements

Istilah “Arbabun Mutafarriqun” atau “tuhan-tuhan yang terpencar” dalam Al-Qur’an dapat diinterpretasikan secara kontemporer sebagai bermacam-macam bentuk ketergantungan dan pengkultusan dalam masyarakat modern. Manifestasi fenomena ini, meliputi beberapa aspek yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini.

Pertama, fenomena “keakuan” atau individualisme yang berlebihan dapat dipandang sebagai bentuk pengagungan diri yang mengesampingkan nilai-nilai kolektif dan transendensi. Dari perspektif sosiologis, hal ini dapat dilihat sebagai respons terhadap modernitas dan globalisasi yang tampak amat sangat paradoksial. Individualisme ekstrem ini mencerminkan pergeseran nilai dalam masyarakat kontemporer.

Dalam ajaran Islam, keakuan biasa dikenal dengan istilah “anaiyah” yang seringkali dipandang sebagai sifat negatif yang perlu dihindari atau dikendalikan. Hal ini karena Islam mengajarkan pentingnya kerendahan hati, pengabdian kepada Allah, dan kepedulian terhadap sesama.

Keakuan yang negatif, dapat mengarah pada penafian Tuhan dan merupakan bentuk ekstrem dari egosentrisme dan kesombongan. Dalam konteks ini, keakuan menjadi suatu kondisi di mana seseorang menempatkan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu, bahkan hingga tingkat yang dapat mengabaikan atau menolak keberadaan kekuatan yang lebih tinggi.

Kedua, revolusi digital telah menciptakan bentuk ketergantungan baru pada teknologi. Studi-studi psikologi dan neurosains menunjukkan bagaimana teknologi dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku, bahkan menciptakan kecanduan.

Seperti misalnya, fenomena “phubbing” (mengabaikan orang di sekitar demi gadget) adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa menjadi “tuhan” yang mendikte perilaku sosial kita.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan