SEPERTI WAKTU
kemarilah, cintaku
duduk berdua mengamati rembulan yang sepotong jeruk
menggantung di awang-awang
bisakah kita mengepakkan tangan lalu terbang tanpa takut salah arah atau terpisah
sebagaimana sang waktu memaknai hidupnya: berjalan saja tanpa banyak protes dan keluhan
lalu sanggupkah kita saling mencintai tanpa takut kehilangan, cintaku?
Bantul, Juli 2022.
JAWABANNYA: BELUM TENTU
apakah ketika kita berjumpa (lagi)
pohon gundul ini bisa kembali serimbun ringin yang dikenal angker itu
tanah yang telanjur retak-retak ini jadi selembap pipi usai ditotol serum wajah kaya vitamin itu
dan sembuh dari berbagai penyakit rindu?
Bantul, Juli 2022.
MATA AIR JIWA
pelabuhan ini jarang sekali beroperasi
tetapi sesal selalu ingin berlayar jauh dari kepala
sebab dari sanalah riuh datang
hingga diri tercemar lalu keruh
akal sehat terbakar bukan oleh api
tetapi prasangka buruk
tiada pemadam kebakaran yang bisa menghentikan kobar ini
kecuali mata air
dari jiwa yang tenang
Bantul, Juli 2022.
MASA LALU ADALAH BAHAN BAKAR KESEDIHAN
Aku rajin menabur bunga
Kepada segunduk pusara
Di pinggir jalan
Kusumanegara
Macam-macam nostalgia
Tertulis rinci
Di muka batu nisannya
Dengan bergulung-gulung puisi
Telah rampung kujahit jaket
Untuk tubuh ingatan
Yang tergolek beku
Di sebuah bangku
Di kafe Basabasi
Wonokromo, 2021.
SESAAT SETELAH KAU PERGI
sesaat setelah kau pergi
bunga-bunga di halaman enggan mekar
pepohonan bungkuk dan meranggas
waktu jadi sealot olahan daging kambing tanpa perasan nanas muda
musim hujan malas berhenti
tapi air tak menumbuhkan apapun
selain kerinduan
Bantul, Juli 2022.