Kami, pengelola situs web www.duniasantri.co, sejak Rabu (9/10/2024) berjibaku melawan “gerakan penyampahan”. Kok bisa?
Ceritanya berawal dari pesan pendek yang dikirim Irna Maifatur Rohmah, salah satu penulis duniasantri. “Izin bertanya, kemarin artikel saya tayang di duniasantri, kenapa hari ini sudah tidak ada.”
Pesan itu dikirim pada Selasa (8/10/2024) pukul 08.07 WIB. Sehari sebelumnya, tulisan karya Ning Irna ini memang dirilis dengan judul “Belajar dari Kearifan Wali Songo”. Begitu menerima pesan tersebut, kami langsung melakukan pengecekan. Benar adanya. Artikel tersebut raib dari homepage padahal baru sehari dirilis. Di dashboard, pada list “diterbitkan”, juga sirna. Setelah ditelisik, artikel itu ada di “bak sampah”.
Kami berniat langsung mengembalikannya pada posisi “diterbitkan”. Biasanya, begitu prosedur otomatisnya. Tapi kali ini lain. Ketika “dikembalikan”, ia masih mampir dulu pada posisi “draf”. Dari situ, artikel tersebut baru bisa dikembalikan pada posisi “diterbitkan” seperti pemuatan semula. Ini tak biasa.
Kami pun penasaran, dan mencoba membuka tutup “bak sampah”. Hasilnya? Sangat mengejutkan. Ada sekitar 50 tulisan, kebanyakan status telah dirilis dan sisanya pending, tersimpan rapi di “bak sampah” ini. Padahal, kami tak melakukannya. Di antara kami, hanya tiga orang yang memiliki akses terhadap dashboard duniasantri.co.
Kami akhirnya melakukan pemeriksaan terhadap artikel-artikel yang “disampahkan” itu. Ada satu tulisan yang berhasil dikembalikan pada posisi semula. Lainnya ditangguhkan proses pengembaliannya dengan beberapa alasan.
Pertama, hampir semua artikel di “bak sampah” dengan status telah dirilis tertera authornya hanya satu orang, AF Ubaidillah. Padahal, beberapa artikel tanggal perilisannya berurutan. Kami tidak pernah merilis beberapa tulisan satu orang penulis pada hari atau tanggal yang berurutan. Selain itu, temanya sangat beragam. Bagi kami, ini suatu keganjilan. Kedua, pada beberapa unggahan, yang tersisa hanya judul tulisannya, teksnya raib. Atau, fotonya yang raib, yang lain masih utuh.