Setiap generasi punya definisi sendiri tentang kata “pahlawan.” Dulu, pahlawan berarti mereka yang berperang di medan laga, berhadapan dengan meriam dan desing peluru. Kini, pahlawan tak lagi harus berdiri di parit pertempuran, tapi bisa di ruang-ruang belajar, laboratorium, kelas, atau bahkan bilik kecil pesantren.
Zaman berubah. Musuh juga berubah. Kalau dulu musuh bernama penjajah, hari ini musuh kita bernama kemalasan, ketidakjujuran, dan kehilangan arah. Dan di sinilah, di antara jutaan santri yang masih rajin menimba ilmu di bawah temaram lampu pesantren, tersimpan semangat kepahlawanan yang sering kali tak disorot kamera: perjuangan melawan diri sendiri.

Kisah ini, entah kenapa, mengingatkan saya pada sosok Luffy, si anak muda nekat dalam serial One Piece yang berlayar mencari harta karun terbesar di dunia. Luffy punya tekad baja, semangat pantang menyerah, dan keberanian melampaui logika. Tapi jika kita telisik lebih dalam, perjalanan Luffy bukan sekadar tentang petualangan mencari harta. Ia adalah kisah pencarian makna—mirip perjalanan seorang santri dalam mencari ilmu.
Samudra Ilmu dan Topi Jerami
Seorang santri, sejatinya, juga sedang berlayar di samudra luas bernama “ilmu.” Ia membawa bekal yang sederhana—mungkin hanya kitab, pena, dan doa restu orang tua—tapi punya tujuan yang sangat luhur: mencari ridha Allah dan menemukan “One Piece” versinya sendiri, yaitu ilmu yang berkah dan bermanfaat.
Luffy punya peta menuju Grand Line, tapi jalannya tak pernah jelas. Ia harus menghadapi badai, menaklukkan bajak laut lain, terkadang konfrontasi dengan kru, serta melawan dirinya sendiri. Begitu pula santri. Ia punya cita-cita besar, tapi jalannya penuh cobaan: mengantuk di waktu mengaji, lapar di tengah musyawarah, perundungan dari sesama rekan, dan rindu rumah yang disembunyikan di balik tawa getir.
Namun yang membuat santri istimewa adalah kemampuannya menjaga niat. Di tengah dunia yang penuh distraksi, mereka belajar bahwa harta sejati bukan emas atau gelar, melainkan keberkahan. Topi jerami Luffy mungkin melambangkan tekad; sedangkan peci santri melambangkan kehormatan dan adab. Dua-duanya menandai identitas pejuang sejati.
