PERGANTIAN TAHUN DI MATAMU
aku masih saja menjadi tawanan tatapanmu
terbelenggu oleh kagum yang terus menggerutu
desember tak akan pernah menjadi akhir
sebelum dari ingatan, tatap wangi itu menyingkir
januari menggelar ladang luas untuk sajak
namun aku tak pernah ingin beranjak
sebab di matamu, ibadahku belum selesai
meski mungkin desember akan segera usai
detak januari makin memekik hening
pergantian tahun di matamu semakin menguning
dengan tangis aku ingin belajar tabah
Meski nanti tatapan itu akan berbeda
Gapura, 31,12, 21
SEPERTI APA JANUARI KITA (?)
subuh tanggal satu,
kau membangunkanku dari keramaian
keramaian rindu tahun kemarin yang belum karam
lalu kita sama-sama mengemasnya dengan rapi
agar tak jadi luka yang semakin api
pekarangan rumah tampak seperti biasa saja
dedaunan teduh, menidurkan embun semalam suntuk
sementara kau sibuk meracik kopi rasa puisi
untuk dinikmati sambil memandangi tubuh pagi
di cangkir tempat kopimu tumbuh dewasa
bertasbih beribu kata yang tak kuteguk lebih awal
namun kuamini ia sebagai doa-doa
untuk jiwa-jiwa yang basah dengan luka
Gapura, 31,12, 21
MENUA
dari hilir hati, doa-doa berjingkat pelan
perlahan mematung di hadapan Tuhan
sebab, uban-uban di kepala nyaris menghunus
sementara celah-celah diri makin tak terurus
berapa meter lagi usiaku pada kematian
atau berapa tanggal jiwaku usai menghadap Tuhan
sebab kalender yang kaulihat biasa saja
bisa merenggutmu hanya dengan angka-angka
Gapura, 31,12, 21.
ilustrasi: piqsels