Semarak Wayangan 6th duniasantri di Tebuireng 

Panggung Seni dan Budaya Santri dalam rangka merayakan ulang tahun ke-6 jejaring duniasantri berlangsung begitu semarak. Wayang santri dengan lakon “Ballada Sunan Kalijaga” dengan dalang Ki Haryo Enthus membuat acara makin semarak.

Acara digelar di selasar Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (Minha) di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (20/8/2025) malam. Acara ini merupakan kerja sama jejaring duniasantri dengan Media Group Tebuireng.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Acara dihadiri Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, para Masyayikh dan Dzuriyat Tebuireng, ratusan santri, masyarakat umum.

Rangkaian kegiatan diawali dengan ziarah bersama ke makam pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Sebelum Panggung Seni Santri dan pertunjukan wayang dimulai, panitia berkesempatan bersilaturahmi dengan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz. Pertemuan ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari kalangan kiai, budayawan, hingga sastrawan nasional.

Acara dilanjutkan dengan Panggung Seni Santri Tebuireng yang digelar di pelataran Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari. Para sastrawan, seperti Mardi Luhung, Raedu Basha, dan Gus Haidar Hafeez, bersama para santri, tampil membacakan puisi, sebelum kemudian ditutup dengan pertunjukan wayang santri oleh dalang Ki Aryo Enthus.

Pertunjukan wayang dengan lakon “Ballada Sunan Kalijaga” ini menyajikan kisah dakwah Sunan Kalijaga yang dibalut nilai-nilai toleransi dan kearifan lokal. Dengan bahasa yang segar dan relevan, sang dalang berhasil menghidupkan kembali tokoh dari sembilan wali tanah Jawa. Hal ini membuktikan bahwa wayang adalah media dakwah yang abadi dan mampu relevan bagi generasi masa kini.

Malam pembukaan ditutup dengan pembacaan surat berjudul “Kepada Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari” oleh penyair Mahwi Air Tawar. Di hadapan santri, Mahwi membacakan surat yang ditulisnya dengan penuh rasa hormat dan kerinduan, seolah-olah berdialog langsung dengan sang pendiri pesantren. Pembacaan surat ini menjadi klimaks emosional, sebuah jembatan yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu, sekaligus mengingatkan semua yang hadir tentang perjuangan dan keteladanan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Halaman: 1 2 Show All

One Reply to “Semarak Wayangan 6th duniasantri di Tebuireng ”

Tinggalkan Balasan