Ada indikasi bangsa Nusantara adalah bangsa yang kosmopolit. Beberapa abad sebelum Masehi, bangasa Nusantara dikenal sebagai bangsa yang sudah berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk berdagang. Komoditas perdagangan utama bangsa Nusantara adalah rempah, yang memang sangat dubutuhkan oleh masyarakat dunia. Pada saat itu India merupakan pelabuhan transit bangsa Nusantara sebelum menyebarkan rempah ke kawasan Arab. Wheathly menyebutkan, kontak antara India dengan Nusantara sudah terjadi sejak abad ke-3 SM. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh kebudayaan India ke Nusantara, di antaranya sastra dengan bahasa Sangskerta dan Tamil serta penggunaan Kalender Saka.
J.J. Miller (1969) menyebut pada awal abad pertama Masehi, beberapa pelaut Nusantara telah mengangkut cengkih dari Maluku ke India, untuk selanjutnya diedarkan ke Arab: Jeddah, Muskat, atau Aqaba. Dari Arab kemudian cengkih asal Maluku ini dibawa masuk ke pasar Eropa melalui pesisir pantai Meditarnia; Marseillers, Barcelona, dan Ragusa. Jalur penyebaran perdagangan rempah, baik yang dilakukan oleh bangsa Nusantara maupun bangsa lain ke Nusantara, inilah yang disebut dengan Jalur Rempah.
Selain ke kawasan India dan Arab, jalur rempah Nusantara ini juga menyebar ke China. Penyebaran rempah ke China ini telah terjadi pada abad ke-2 SM, yaitu pada masa dinasti Han (220-2006 SM). Pada era ini cengkih digunakan sebagai penyegar napas bagi orang-orang yang akan bertemu kaisar di istana (Turner, 2011; xxvi). Ini artinya bangsa Nusantara telah mampu melakukan pelayaran ke China untuk melakukan hubungan dagang jauh sebelum bangsa China datang ke Nusantara. Hubungan dagang ini semakin intens saat dibuka pelayaran langsung melalui laut China Selatan. Menurut Wolters, pelayaran langsung antara Nusantara dan China melalui Laut China Selatan ini terjadi pada abad ke-3 M.
Kosmopolitanisme bangsa Nusantara melalui jalur rempah ini juga terlihat dalam catatan Arab yang bersumber dari Ibn Khusdadhbih (850 M) dan naskah Mukhtasar al-Aja’ib (1000M). Menurut catatan Arab yang dikutip Tibberts (1979; 29) dan Lape (2000; 51) ini, rempah-rempah yang diperdagangkan di kawasan Arab dan menyebar ke Eropa berasal dari suatu daerah yang menempuh perjalanan selama 15 hari pelayaran dari Pulau Jaba (Jawa). Diasumsikan daerah ini adalah kawasan Kepulauan Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa pada abad pertama, beberapa orang muslim Arab sudah datang ke Nusantara.