Islam dan Kesehatan Mental (2): Menciptakan Orientasi Kehidupan

6 views

Narasi tentang masa depan yang disampaikan Allah melalui Al-Quran amat mengagumkan. Bagaimana tidak, manusia berusaha menciptakan imajinasi tentang kehidupan yang damai, tentram, dan penuh cinta kasih dalam karya-karya sastra, meski karya sastra tidak hanya berisi demikian, namun kreativitas manusia dalam menciptakan dunia yang damai, tentram, penuh cinta kasih bisa ditangkap sebagai keinginan manusia menjalani kehidupan dengan indah.

Al-Quran menciptakan kisah lebih indah tentang kehidupan penuh kedamaian, ketentraman, dan penuh cinta kasih itu. Kehidupan masa depan setelah dunia ini dinamakan kehidupan akhirat, kehidupan yang didambakan umat nabi Muhammad. Saking berharganya kehidupan akhirat, manusia berusaha sekuat tenaga memantaskan diri supaya layak menghuni kehidupan akhirat.

Advertisements

Ada dua tempat dalam kehidupan akhirat; surga dan neraka. Keduanya sebagai simbol laku manusia selama di dunia. Keduanya tidak lebih hanya sebuah tempat. Surga dikisahkan sebagai tempat indah; sungai-sungai susu mengalir, pohon-pohon rindang penuh buah dan tempat pemenuhan segala ingin. Neraka dikisahkan sebaliknya, tempat mengerikan; siksa atas segala dosa.

Sebegitu pentingnya kehidupan yang akan datang, sampai-sampai Allah menfirmankan agar manusia tak putus asa, bagaimana pun keadaannya di dunia; andai kata seorang berada di titik terendah; punggung memanggul banyak masalah, tak dipercaya orang lain, dikucilkan, dihinakan, dilecehkan, tak ada yang peduli, merasa menanggung semuanya sendiri, merasa tak berdaya, tetap saja tak boleh putus asa, mengapa?

Semuanya bukan orientasi kehidupan, bukan dambaan. Ia masih punya kehidupan akhirat, masih punya kesempatan mendapat kehidupan yang layak, kehidupan yang indah dan bahagia. Bahkan meski harus di neraka. Kok, bisa?

Ada banyak kisah bagaimana kehidupan neraka tidak menjadi mengerikan dan menakutkan. Sekali lagi, itu hanya tempat. Kehidupan akhirat yang dituju adalah Allah. Perjumpaan dengan Sang Kekasih, Maha Mengasihi.

Bisakah di neraka berjumpa Allah? Pertanyaan sebaliknya, apakah neraka menghalangi manusia mengakui dan mengesakan Allah? Tidak sama sekali. Urusannya bukan ditempatkan di mana, melainkan siapa Tuhannya. Ia masih bisa berzikir kepada Allah, mensyukuri segala keputusannya. Aksentuasinya iman bukan tempat. Bahwa manusia punya Tuhan yang Maha Tahu segalanya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan