SKENARIO TUHAN
Terkadang reranting akan jatuh bersama dedaunan,
Menindih daun yang layu dan lusuh. Mereka itu
Akan tumbuh ketika aku terluka
Menenggelamkan diriku di dalam lilitan resah
Menolongku disaat mereka butuh. akan tetapi,
Apakah Tuhan rela aku menderita?
“Tidak, Nak. Ini skenario Tuhan, Nak!”
Ah… untung ilusi datang menampar realita
Menggambar tubuhku dengan sebilah kapak rapuh
Membekukan bait-bait kata terkutuk
Yang berdiam dalam diri ini yang busuk
Apakah Tuhan memaafkanku, Ibu?
Tuhan, turunkanlah hujan
Bakarlah dedaunan layu
Agar tanah menjadi ladang yang subur
Dan lupa akan dosa yang kutabur
Annuqayah, 6 Desember 2021.
KOPI UNTUK IBU
Rasa yang kelut
Tanpa pelengkap
Membuat keheningan hidup
Terasa suram
“Nak, mana kopi buatanmu? Buatkan untukku, Nak”
Terperanjat bergegas mencari pantri
Mencarimu dalam kegugupan
Menemukan apa yang ia inginkan
Memulai kembali
Menyergap diri
Larut dengan semerbak kopi
Yang kubuat untuk ibu
Semua tercampur menjadi candu
Menyeruak dalam keadaan senyap
Membangun kehidupan yang pernah diharapkan
Meski semua berjalan dengan tanpa kuharapkan
Begitulah kehidupan
Annuqayah, 8 Desember 2021.
SUNSET
Penghias di kegelapan malam
Dalam sanubari terasa suram
Tak bisa kuhadiahkan pada kekelaman.
Melesat pada gemintang
Menampakkan diriku yang telam lama kelam
Ia membantuku menenggelamkan kekosongan malam
Menghadiahkan senja
Dengan kelopak matamu sebagai pengindah
Dan pipi merona penghantar rindu
Laksana pelataran kududuk bersamamu
Menghapus keheningan
Dalam bising kehidupan
Itulah dirimu: sunset
Kuceritakan ia
Khem wkwkwk