Literasi adalah sebuah aktivitas membangun pengetahuan atau mengembangkan keterampilan dalam bidang tertentu. Literasi tidak hanya dalam lingkup menulis dan membaca. Namun, yang disebut sebagai literasi sering kali kita lakukan, misalnya ketika kita melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas, termasuk ketika kita menghadiri acara sosialisasi tentang mengembangkan keterampilan siswa. Semua hal itu adalah bentuk luas dari literasi.
Setelah kemerdekaan, Indonesia memiliki tiga masa atau orde. Setiap orde memiliki kebijakan atau peraturan berbeda. Masa yang pertama disebut Orde Lama, kedua Orde Baru, dan yang ketiga Era Reformasi. Fokus kita di sini pada Orde Baru hingga Era Reformasi.
Orde Baru adalah masa kelam bagi literasi Indonesia. Pada masa itu, tampuk kepemimpimpinan dipegang oleh rezim Soeharto yang otoriter (sewenang-wenang). Kenapa masa Orde Baru disebut sebagai masa kelam bagi literasi negeri? Karena, kala itu para penulis yang mengkritik rezim Soeharto tidak pernah tersampaikan. Apabila ada yang berani menjatuhkan atau menjelekkan rezim Soeharto, maka mereka akan diburu bagaikan seorang penjahat. Karenanya, para pemikir pada masa itu lebih memilih bungkam. Semua ini diakibatkan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) pada masa itu lebih condong memihak rezim Soeharto, menjadikan ABRI sebagai salah satu senjata pemerintah yang paling ampuh menghadapi rakyatnya sendiri. Padahal seharusnya ABRI yang melindungi rakyat dan mengayomi serta memberikan rasa aman.
Masa reformasi adalah masa di mana perubahan drastis atau perbaikan terjadi dalam semua bidang dalam satu pemerintahan atau negara. Masa ini dimulai setelah lengsernya pemerintahan Soeharto, yaitu pada tahun 1998 hingga saat ini. Pada masa ini kebebasan berpendapat diperbolehkan. Pada dekade ini pula banyak lahir penulis bernas penuh kreativitas, sehingga muncul perkataan bahwa orang-orang yang lahir di era ini merupakan generasi emas. Itu dibuktikan dengan banyak lahirnya sastrawan, sebut saja Joko Pinurbo, Taufik Ismail, dan Seno Gumira Ajidarma.
Adapun saat ini, literasi telah gencar digaungkan, menarik minat tunas-tunas bangsa agar memberi corak yang lebih berwarna dalam literasi Indonesia. Itu dilakukakan karena negara ini tidak ingin kehabisan penulis-penulis berkualitas. Untuk wadah literasi sendiri, mulai dari sarana dan prasarana dinilai sangat mumpuni. Wadah-wadah ini digunakan untuk melahirkan dan mengembangan potensi bakat generasi muda saat ini di bidang literasi yang sekaligus menjadi tempat menuang aspirasi mereka dalam mengkritisi suatu permasalahan. Apalagi saat ini adalah era modern di mana pun dan kapan pun kita dapat menemukan dengan mudah karya-karya tulis dari semua kalangan, entah dari kalangan pelajar hingga mahasiswa ataupun karya-karya yang ditulis oleh sarjana universitas tertentu.