MIMBAR BAGI KEBODOHAN
mimbar-mimbar digelar
di kota-kota
& di desa-desa terkena
racun berita viral
mimbar-mimbar di layar
mimbar-mimbar agama
yang kitabnya
dibaca dengan buyar
majlis-majlis kecil
semakin terpencil
di surau-surau
kitab kuning kian menguning
dipeluk debu-debu dingin
siapa yang bicara
di atas mimbar itu?
orang-orang membodohi
dirinya sendiri
membuat gurauan dangkal
tentang orang lain
orang-orang menipu dirinya sendiri
mengatakan dalil-dalil palsu
demi jualan obatnya laku
demi pulang membawa amplop tebal
inilah mimbar bagi kebodohan
umat-umat seperti ulat
tak memahami hakikat kebaikan
agama jadi mbulat
menggelinding tak tentu arah
inilah mimbar bagi kebodohan
yang kita makan
hanyalah kehampaan
& tawa kosong
penuh sia-sia
HIKMAH VIRAL
ketika peristiwa
diviralkan di media sosial
ada perubahan sedang menjalar
orang-orang perlahan sadar
ada batas-batas
yang tidak boleh dilanggar
media sosial bagai mata tuhan
yang mengawasi tiap kejadian
seolah mendikte
agar kita kembali pada moral
KIAI KAMPUNG
kiai yang benar-benar kiai
adalah kiai kampung
yang setia menampung
orang-orang mengaji
tanpa memikirkan untung
kiai yang benar-benar kiai
adalah kiai kampung
yang setia mengabdi
agar orang-orang menjadi
sukses hidupnya dan berkah
kiai yang benar-benar kiai
adalah kiai kampung yang ikhlas
diundang tahlilan, mengisi pengajian,
mendoakan macam-macam
dengan amplop berisi hanya ucapakan;
“matur nuwun, kiaiku”
“alhamdulillah…”
DAKWAH TENTANG KEDUNGUAN
wahai katakan, tuan
apa yang dinamakan kedunguan?
kedunguan adalah