PERJALANAN KASIDAH
aku putuskan untuk berjalan sendiri
mencari cahaya yang bisa menembus hatiku
barangkali juga filosuf, mungkin penyair
tapi aku lebih suka menjadi kasidah penyanyi
yang melagukan pelipur lara bagi pekerja dan pecinta
seperti suara yang melaut dalam angin
seperti burung-burung yang menyelami dingin
seperti perahu berlayar menemukan pulau-Nya
ditiupkan seruling, didendangkan rebana-rebana
ditarikan penari-penari malam, dan petikan gitar
aku menempuh perjalanan sebagai nada lagu-lagu
yang mungkin gugur di telingamu
ketika kau tengah berdoa
RITUS-RITUS MALAM
malam adalah kuil-kuil
tempat sunyiku menemukan kekasih
orang-orang menghamba dan meminta nasibnya
aku menyanyi dan menyenandungkan puisi
di atas hidup yang telah getir oleh cinta
ritusku adalah merindu-Nya
aku tak mengharap
aku tak merasa berharap
aku pasrah dalam bungkus kasih
kekasih yang kucintai senantiasa ada
walau sepi diri, walau dihadap mati
hanya wajah-Mu yang mengucil
dan membesar di hati
di sana kudirikan kuil-kuil
yang tak bisa dirobohkan oleh permintaan
BURUNG-BURUNG AIRMATA
MENYANYIKAN PENYESALAN
ketika dunia akan jadi petang
padaku, seekor burung terbang
dalam gerimis dadaku
dalam rinai-rinai kesedihan
betapa menyesalnya
awan-awan langit itu
menyaksikan luka-luka
di tanah itu terbuka
bulu-buluku yang rontok
seperti menguburkan waktu yang lama
seperti ingin kembali menyusun daun-daun
pada pohon-pohon yang ranggas itu
baris-baris percumbuan musim
dan pertemuan belai-belai mesra tangan Tuhan
ah, aku ingin mendengar kesiur angin nabi lagi
harum menjabat helai-helai warna dalam kerontang hari
aku ingin terbang tanpa tujuan menyelami hatiku sendiri
tapi dari kedua mataku
beterbangan burung-burung airmata kepada ranting-ranting tangan
menyanyikan penyesalan dalam doa-doa