Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan, Jawa Timur, mengadakan Khatmil Quran pada Ahad malam atau malam Senin (2/52021). Diadakan pada hari ke-21 Ramadan, Khatmil Quran yang dipimpin pengasuh Pesantren Salafiyah Pasuruan KH Idris Abdul Hamid ini diikuti santri dan masyarakat dari di sekitar pesantren. Selain Khatmil Quran, pada kesempatan ini juga diadakan pembacaan Asma Badar.
Selain itu, acara ini juga dihadiri sejumlah pejabat, di antaranya Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Wali Kota Pasuruan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul), dan Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo.
Di Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan, Khatmil Quran dan pembacaan Asma Badar merupakan acara tahunan. Secara rutin diadakan setiap Ramadan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh berkah dari pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran.
“Melalui cara Khatmil Quran, kita berharap berkah dari Al-Quran itu sendiri,” kata KH Idris Abdul Hamid dalam sambutannya.
Dalam kesempatan ini, KH Idris Abdul Hamid juga menjelaskan tentang bagaimana cara berdakwah yang benar. Bukan dengan cara kekerasan, demontrasi yang rentan terjadinya anarkhis, atau sikap arogansi lainnya.
KH Idris Abdul pun menyitir ayat Al-Quran sebagai bentuk teknis penyampaian dakwah yang benar. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125).
Sementara itu, Menkopolhukam Mahfud MD, dalam sambutannya menyinggung perihal peran pesantren dalam berbagai bidang kehidupan. Saat ini, menurutnya, banyak santri yang sudah menempati berbagai jabatan strategis baik di pemerintahan maupun swasta.
“Di awal-awal Indonesia merdeka, seorang santri jarang sekali yang menduduki jabatan-jabatan penting. Namun saat ini, santri sudah menempati berbagai jabatan strategis untuk berjuang dalam pembangunan bangsa,” katanya.
Sambil berkelakar, menteri yang pernah nyantri di Pesantren Almardhiyah Bangkalan ini melanjutkan, “Setidaknya, kalau santri yang menduduki suatu jabatan tertentu tidak terlalu rakus dalam hal korupsi. Tentu bagi santri yang tidak rakus,” demikian Mahfud menjelaskan sambil tertawa.