Salah satu dari sekian banyak hal yang dikandung dan dibicarakan Al-Qur’an adalah hukum, termasuk hukum-hukum yang berkaitan dengan fikih. Oleh karena itu, dalam memahami hukum yang dibicarakan Al-Qur’an, maka dibutuhkan sebuah penafsiran yang relevan terhadap apa yang dikandungnya. Sehingga atas dasar itulah, muncul beberapa ulama tafsir ahli fikih yang mencoba menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan corak penafsiran fikih.
Dalam sejarahnya, ulama fikih yang pertama kali mengenalkan corak penafsiran fikih adalah Muhammad bin Idris al-Syafi’i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi’i. Kemudian, dalam perkembangannya, lahirlah mufasir dengan corak penafsiran yang sama yaitu Ilkiya’ al-Harrasi. Ilkiya’ al-Harrasi sendiri merupakan mufasir yang bermazhab Syafi’i. Sehingga, dari proses dan hasil penafsiran corak fikihnya pula, Ilkiya’ al-Harrasi bertendensi kepada mazhab yang diikutinya, yaitu mazhab Syafi’i.
Biografi dan Latar Penulisan Kitab
Merujuk dalam kitab al-Tafsir wa al-Mufassirun (al-Dhahabi), Ilkiya’ al-Harrasi mempunyai nama lengkap Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Thabari. Hanya saja beliau lebih dikenal dengan nama Ilkiya’ al-Harrasi.
Sesuai dengan nama belakangnya, al-Harrasi, beliau lahir di Thabaristan-Khurasan pada tahun 450 H (1087 M) dan wafat di Baghdad pada tahun 504 H (1110 M). Di Thabaristan beliau dikenal sebagai seorang ahli fikih bermazhab Syafi’i. Sehingga tidak heran, salah satu karyanya yang terkenal dalam kajian tafsir Al-Qur’an adalah Ahkam Al-Qur’an yang memiliki corak tafsir fikih mazhab Syafi’i.
Latar belakang penulisan kitab tafsirnya didasarkan atas tujuan dan keinginannya untuk memperkuat mazhab yang diikutinya. Sehingga, atas lahirnya kitab Ahkam Al-Qur’an, Ilkiya’ al-Harrasi berharap men-tarjih (mengunggulkan) pendapat-pendapat serta memperjelas beberapa persoalan yang belum dibahas secara tuntas oleh Imam Syafi’i sendiri.
Latar belakang ini bisa dilihat dari bagaimana Ilkiya’ al-Harrasi dalam mukadimah kitabnya memperlihatkan kecenderungannya terhadap mazhab yang diikuti. Dalam mukadimahnya, Ilkiya’ al-Harrasi menuliskan, “Sesungguhnya mazhab Syafi’imerupakan mazhab yang paling lurus dan benar, paling baik dan bijak. Semua pandangan mazhab Syafi’i melampaui batas-batas dhan (dugaan), hingga sampai pada batas-batas yakin.” (Hlm. 1:71).