BAYANG-BAYANG KEKUASAAN

181 kali dibaca

AKTOR INTELEKTUAL

Di balik tirai yang gelap, di balik layar berlapis,
Tersembunyi sosok-sosok yang tak terlihat,
Aktor intelektual di balik tirai ilegal,
Menggerakkan benang-benang dalam bayang-bayang kekuasaan.

Advertisements

Dengan tangan-tangan halus, mereka merajut rencana,
Menjaga rahasia di balik pintu-pintu tertutup,
Sedang di luar, ilusi keadilan disajikan,
Sementara mereka memanipulasi kebenaran dalam gelap.

Di ruang-ruang tersembunyi, skema disusun rapi,
Kepentingan pribadi melawan hukum yang terabaikan,
Mereka yang cerdik mengendalikan segala,
Memanfaatkan celah-celah untuk meraih kekayaan.

Panggung dunia dipenuhi oleh drama yang kotor,
Aktor utama tidak pernah terlihat,
Namun jejak-jejak mereka tetap membekas,
Menjajah keadilan dengan keahlian yang licik.

Dengan kata-kata halus dan tipu daya yang pintar,
Mereka mengendalikan alur cerita di balik layar,
Sedangkan rakyat disuguhi tontonan semu,
Di mana kebenaran hanyalah ilusi yang memudar.

Sementara keputusan diambil di meja tinggi,
Dan hukum digerakkan oleh tangan yang kotor,
Kita mencari aktor sejati di balik tirai,
Yang berani menantang kejahatan yang tersembunyi.

Dalam bayang-bayang yang tak pernah terang,
Kami menunggu pencerahan di tengah kegelapan,
Aktor intelektual yang terungkap,
Agar keadilan kembali bersinar dalam kebenaran yang sejati.

2024.

Mati Kelaparan di Lumbung Kekayaan

Di tanah yang subur, di lumbung emas,
Terhampar ladang-ladang yang melimpah,
Namun di dalamnya, kelaparan menjalar,
Bagaikan bayangan di bawah cahaya yang pudar.

Di sudut-sudut desa, penuh dengan riak,
Anak-anak menyentuh perut kosong,
Sementara beras menumpuk di gudang-gudang,
Tak ada yang mengisi kerinduan yang tak terucap.

Di pasar yang ramai, perhiasan berkilauan,
Namun suara tangis lebih keras daripada gemerlap,
Setiap butir yang berharga, setiap emas yang bersinar,
Tak mampu menyembunyikan luka yang mendalam.

Kekayaan membanjir, tapi manusia terabaikan,
Mati kelaparan di lumbung yang melimpah,
Seperti menari di tepi jurang yang dalam,
Tak ada jalan keluar dari kepedihan yang mendalam.

Di tengah pemandangan yang menipu,
Rasa lapar menghantui jiwa yang tak terlihat,
Dalam naungan kemewahan yang tak berarti,
Kehidupan terpaksa menunggu hari yang pasti.

Sementara matahari terbenam di ufuk barat,
Dan bintang-bintang bersinar dalam kesunyian,
Kita mengingat bahwa di balik kekayaan,
Ada jiwa-jiwa yang merintih, merindu akan kehidupan.

2024.

NEGARA YANG MISKIN

Di sudut dunia yang sunyi,
Terbentang tanah yang sepi,
Negara yang miskin, dengan bintang yang remang,
Mencari cahaya di bawah langit yang gelap.

Di jalanan sempit, anak-anak bermain,
Dengan kaki telanjang di tanah yang kering,
Rasa lapar menari di dalam perut,
Namun mimpi tetap terjaga dalam kerinduan.

Rumah-rumah reyot, dinding yang retak,
Menggigil menahan dingin malam,
Seperti senyuman yang hilang di balik awan,
Dan harapan yang tersimpan dalam doa.

Keringat petani, tanah yang tak membuahkan hasil,
Setiap tetesnya mengalir seperti sungai yang sia-sia,
Dalam gelap yang melingkupi, mereka menunggu,
Hari esok yang tak kunjung datang, seperti senja.

Di balik awan gelap, ada suara yang menggema,
Teriakan meraih kehidupan yang lebih baik,
Negara yang miskin, namun hati tetap tak menyerah,
Berharap pada fajar yang membangkitkan semangat.

Kepada bumi yang penuh cinta,
Kami serahkan doa dan usaha yang tulus,
Meskipun kekayaan tak selalu terukir di tangan,
Kekayaan jiwa tetap bersinar di dalam harapan.

2024.

PENEGAK HUKUM TAK BERNYALI

Di lorong-lorong yang gelap, di sudut-sudut kota,
Di mana keadilan seolah melarikan diri,
Penegak hukum berdiri tanpa cahaya,
Dengan nyali yang pudar dan suara yang hilang.

Di hadapan kegelapan yang menakutkan,
Mereka memutar punggung pada suara keadilan,
Mengabaikan tangisan yang memecah malam,
Dan membiarkan ketidakadilan berakar dalam diam.

Sementara pelaku kejahatan tersenyum lebar,
Dalam bayang-bayang kekuasaan yang suram,
Penegak hukum bagaikan bayangan tanpa bentuk,
Tak mampu menegakkan hukum, tak punya tekad yang kuat.

Di meja-meja pengadilan, keputusan terulur,
Namun kepastian hukum hanya ilusi semu,
Ketika nyali hilang dalam kesepian dan kebisingan,
Keadilan menjadi barang langka yang tak pernah sampai.

Mereka yang diharapkan melindungi,
Terlalu takut menghadapi kegelapan malam,
Tak berani menegakkan hukum yang penuh tanggung jawab,
Membiarkan keadilan terabaikan dan hancur berkeping.

Di jalanan yang sunyi, di mata yang kosong,
Kita mencari penegak hukum yang berani dan adil,
Yang akan berdiri tegak melawan segala bentuk kejahatan,
Dan mengembalikan kepercayaan pada setiap jiwa yang terluka.

2024.

DI BALIK TIRAI KEKUASAAN

Di puncak menara megah berkilau,
Di balik tirai emas yang menjulang,
Ada tangan-tangan yang tak tampak,
Menyulam kekuasaan dalam senyap.

Berkedip lampu kota yang lelah,
Di bawah langit langit biru malap,
Sementara kursi-kursi megah berpindah,
Penguasa oligarki, dalam bayang-bayang.

Mereka mengukir cita dengan tinta,
Di atas kertas yang penuh angka,
Mengatur nasib, memutar roda,
Dalam ballroom yang diselubungi cahaya.

Di jari-jemari mereka, dunia bergetar,
Di hati mereka, emosi pudar,
Harta dan tahta, paduan sempurna,
Menyulam kebijakan dalam aura yang megah.

Namun di lorong-lorong, di sudut kota,
Ada suara-suara yang melawan arus,
Di tengah hiruk-pikuk yang bising,
Ada doa untuk keadilan yang belum datang.

Kita menanti di tengah gemerlap,
Akan datangnya hari, dimana keadilan berpihak,
Kepada yang tertindas, kepada yang miskin,
Dalam dunia yang dicipta untuk semua, bukan hanya segelintir.

2024.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan