BIARKAN TUHAN MENERTAWAKAN KITA
Sebab selain bercerita
Keahlianku hanyalah mencintaimu
Aku bukan juragan toko perhiasan
Tetapi pada bening matamu ada kilatan berlian
Yang lebih mulia
Daripada logam mulia
Kekasih, bagiku tujuhpuluh bidadari
Tidak lebih menarik dari
Menyeruput kopi dengan satu wanita yang dicintai
Konon sungai yang mengalirkan susu dan madu
hanya ada di surga
Namun minum banyak air putih denganmu setiap hari
Kurasa lebih sehat dan membahagiakan
Apakah kau masih ingin mengejar surga, kekasihku?
Tidakkah cukup kita ciptakan surga kita sendiri
Dan melihat tuhan menertawakan kau dan aku
Tidur nyenyak di kasur ini
Wonokromo, 2021.
KETIKA PAGI JATUH
Pagi
Membangunkan mentari
Mengelus kepalanya yang bergerigi
Pagi
Memakaikan baju biru
Pada punggung langit yang telanjang
Pagi
Menuang teh hangat
Ke dalam cangkir yang merindukan
bibirmu
Pagi
Jatuh tersungkur usai kukecup kening
Kekasih yang kini menamaiku:
Permaisuri
Wonokromo, 2021.
WAJAH RINDU YANG BERDEBU
Rerintik lepas dari awan
Meriap-riap kegirangan
Membasuh rasa kantuk yang
sedemikian purba
Mengguyur wajah rindu yang
telah lama berdebu
Wonokromo, 2020.
PERJALANAN SEBUTIR EMBUN
Ada sebutir embun menetes. Pelan, perlahan-lahan
Menggulirkan tubuh di atas daun pisang
Ia ingin terbang tinggi
Seperti kawanan burung di pagi hari
Ia ingin digenggam oleh seseorang
Sebagai nasib baik yang hadirnya
Selalu dinanti
Tetapi ia adalah setetes embun
yang menetes pelan, perlahan-lahan
Menuju hatimu
Wonokromo, 2021.
Keren keren