Homesick atau biasanya kita sebut kangen rumah sering dialami oleh orang-orang yang tidak tinggal di rumah, termasuk santri yang lagi mondok. Homesickness, atau kerinduan akan hal-hal yang di rumah, sering mendera santri saat berada di pondok. Misalnya, rindu akan makanan masakan ibu yang biasa disantap, rindu terhadap orang-orang yang biasa kita temui di rumah, atau rindu akan tempat-tempat yang biasa kita kunjungi.
Tak bisa dimungkiri, fenomena kangen rumah ini bukan hanya sering melanda kaum santri yang baru mondok. Santri senior, santri yang sudah lama bermukim di pondok, pun masih sering mengalaminya. Tapi, harus diakui, homesickness memang lebih sering merundung santri baru ketimbang santri senior.
Ada beberapa faktor atau situasi yang bisa membuat para santri dilanda rasa kangen rumah. Bagi santri baru, belum biasa dengan lingkungan pondok pesantren adalah faktor utama munculnya homesick itu.
Contohnya, saat masih berada di rumah, tinggal dengan orangtua, bisa jadi semua kebutuhan masih dilayani oleh orangtua. Bisa makan makanan enak lengkap dengan lauk-pauknya. Bisa tidur nyenyak dengan kasus yang empuk. Nah, begitu masuk pondok, hal-hal seperti itu tak lagi bisa ditemukan. Mandi harus antre, makan seadanya dan harus bareng-bareng dengan santri lainnya. Tidur pun harus berdempet-dempatan dengan yang lain.
Hal inilah menyebabkan para santri merasa sedih, murung, dan akhirnya merindukan orang rumah dan suasananya. Belum terbiasa dengan lingkungan dan situasi baru seperti ini bisa membuat santri merasa tidak betah berada di pondok. Bisa membuat santri menangis atau ingin kabur.
Dalam fase kangen rumah yang dirasakan oleh para santri baru, biasa muncul beberapa gejala, seperti nafsu makan menurun, tidak semangat mengikuti kegiatan, dan rasa ingin segera bertemu dengan orangtua atau keluarga.
Tak hanya monopoli santri baru. Homesick juga sering dirasakan santri lama. Santri yang sudah lama bermukim di pondok pun, sesekali dilanda rasa kangen rumah. Biasanya, hal seperti itu begitu banyaknya kegiatan, tugas yang menumpuk, dan mengejar target hafalan yang membuat jenuh dan suntuk. Bermasalah dengan para pengurus pondok pesantren atau melanggar aturan pondok juga bisa mendorong santri lama homesick. Sehingga hal tersebut menimbulkan rasa tidak betah dan cenderung ingin pulang untuk sekadar menetralkan beban pikiran atau curhat dengan keluarga.
Bila tiba-tiba homesick datang merundung, bagaimana para santri mengatasinya? Sebenarnya bisa diatasi dengan cara mudah. Bersabar dan bertawakal kepada Allah bisa menjadi kunci mengusir rasa kangen itu. Mengingat, santri adalah orang yang sedang mencari ilmu, maka memang diperlukan adanya kesabaran dan sikap berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pada intinya, dengan selalu mensyukuri dan senantiasa bersabar di setiap langkah dan perjalanan dalam menuntut ilmu, insyaallah Allah akan mengaruniakan kita pikiran yang jernih, dan ketentraman hati dalam proses mencari ilmu sebagai seorang santri. Selalu berpikiran positif ketika masalah datang saat di pondok pesantren dan berdoa kepada Allah agar tetap istiqomah dalam mencari Ilmu.
Harus disadari bahwa homesickness bukanlah sebuah halangan besar untuk menjadi seorang santri yang hebat dan berilmu. Bersabar, berdoa, dan selalu bersyukur adalah hal yang sangat penting bagi kita untuk menghadapi masa-masa sulit.