BOLA TAKDIR
bola seperti takdir
yang ditendang waktu
menuju gawang nasib

bermain bola
adalah menjalani kehidupan
di lapangan misteri
dan siapa yang menemani
cuma diri dan sepi
bola seperti takdir
yang terpantul dari tiang
ke lubuk gawang
mengubur kenangan
BIBIR
bibir, dua lengkung yang setia berzikir
walau diam mengucap makna
kau dan aku
cinta sekali lagi
merebut tuhan dari kata-kata
rindu membikin kalimat
dan kau tinggali relungnya
dengan hikmat hampir
khusyuk
bibir saling berkecupan
dengan ruang-waktu
dan caramu menaklukkan kenangan
di atas sajadah sembahyang
masih mengecap bau napas
yang menangis
dan dua lengkung
masih membisik nama-Nya
BUS MALAM
lampu-lampu redup sore hari
di pinggir jalan udara membungkus sisa senja
bagai tangan hitam yang menyusup
masuk ke dalam bilik batinmu
sebuah bayangan melaju
dengan dirimu sendiri
berbicara pada dirimu sendiri
bus malam
menunggu bintang-bintang
lampu-lampu kembali berguguran
gerimis mengantarmu
ke bangku subuh yang dingin
bayang daun-daun dan sisa embun
kau belum sempat bertanya apa-apa
bukan mimpi, dan dalam matamu
bus masih melaju ke terminal waktu
ke esok yang mungkin tiada
kota, dengan kantuk dan tidur lelap
dan batuk-batuk mesin rusak
membawa jasadmu ke surga