SARUNG KENANGAN
Lusuh irama mengikis senja
Diantara deretan sajadah beraroma surga
Kali ini dunia santri telah berkibar
Mengelilingi samudera berbaur semesta
Kini garis pena makin hitam
Di bawah iringan tetabuhan
Mengukir senja merangkai kata
Berbingkai puisi keabadian
Dengan alunan bunyi suara beragam
Dari pelosok Nusantara mengadu luka
Berharap puisi menjelma jiwa.
MELAWAN PEKAT HITAM
(Teruntuk RWOGG301)
Sudah puluhan almanak berjatuhan
Seperti iringan air mata awan
Lenyap gersang menabuh benderang
Daun-daunan bergoyang kegirangan
Seperti sadar bahwa bumi siap tanam
Kini musim edan seperti itulah kakekku bilang
Kebatilan bisa dibenarkan tanpa suara penolakan
Mungkinkah raga dan jiwa bersemayam
Hanya sebagai penghias kehidupan curam
Atau memang sekedar berjalan tanpa tujuan
Pekat hitam kembali menyerang
Setan pun berdendang membakar jiwa kekeringan
Bagi hati tanpa dzikir bersemayam
Akan di selimuti sifat geram
Menggerogoti badan hingga ribuan silam.
CERITA NEGERI SARUNG
Tiga tahun menemani kawah literasi
Berbaju peci melekat dalam sanubari
Semangat berkobar tak pernah mati
Menyala bersinar ke seluruh bumi
Hingga daun tertulis di sebelah padi
Bersarung rapi gemulai bak insani
Kini engkau sudah berkepala tiga
Usia yang belia namun bermakna
Mengukir aksara berwujud kata-kata
Dipindai ribuan pasang mata
Menyerap aspirasi hingga purna senja
Hanya ingin mengatakan bahwa kami ada
Kabarkan negeri sarung ke seluruh dunia.
Morleke, 2022.