Jejaring duniasantri dan duniasantri.co menyelenggarakan Diskusi Penulisan Cerpen dan Novel secara virtual, Minggu (6/12/2020). Novelis dan cerpenis peraih penghargaan “Kusala Sastra Khatulistiwa 2020” Niduparas Erlang menjadi nara sumber dalam diskusi tersebut. Diskusi ini diikuti sekitar 30-an santri, mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga dari berbagai daerah.
Dipandu dosen Vokasi UI Alfian S Siagian, Niduparas Erlang mengawali diskusi dengan mengisahkan perjalanan dan pengalamannya sebagai penulis. Nidu yang lahir di Serang, Banten, pada 11 Oktober 1986 ini mengenal dunia sastra justru saat bekerja sebagai buruh di pabrik. Setamat Sekolah Menengah Kejuruan, Nidu bekerja di sebuah pabrik di Tangerang. Saat itulah, bersama kawan-kawannya sesama pekerja pabrik, ia aktif di komunitas sastra dengan belajar menulis sastra.
“Mengenal dunia sastra telah mengubah sudut pandang saya terhadap dunia, mengubah cara pikir saya terhadap dunia. Dunia tak lagi sesempit urusan pabrik,” katanya. Sejak itu, Nidu mulai tekun belajar menulis dan bertekad bisa meneruskan kuliah.
Sambil terus belajar menulis, Nidu akhirnya kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. “Saya kuliah hanya untuk mendukung cita-cita saya menjadi penulis. Karena menjadi penulis adalah pilihan hidup saya,” katanya.
Namun, menurutnya, memang tidak gampang untuk menjadi penulis sastra, apakah itu cerpen atau novel. Berkali-kali mencoba, hasil karyanya selalu ditolak oleh media atau penerbit. Menurut penulis Novel Burung Kayu ini, setelah sekitar tiga tahun mencoba, barulah ada satu cerpennya yang dimuat di media cetak. “Jadi memang perlu proses yang panjang dan terus belajar,” katanya.