Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kita ketika mendengar kata “dupa” atau “membakar dupa”? Sebagian dari kita mungkin akan langsung terasosiasi dengan tradisi masyarakat Hindu atau Budha. Sebab, memang, masyarakat Hindu atau Budha, seperti yang kita lihat di Bali dan beberapa tempat lain, misalnya, selalu membakar dupa ketika sedang beribadah atau berdoa. Dupa seakan menjadi identik dengan tradisi Hindu dan Budha.
Namun, kebiasaan membakar dupa sebenarnya juga dilakukan kaum muslim sejak berabad-abad lampau, baik untuk mengiringi aktivitas keagamaan seperti berdoa, beribadah, atau pengajian, maupun kegiatan lainnya. Namun, seiring perjalanan waktu, entah sebab apa, pembakaran dupa seakan “dicap” sebagai tradisi agama lain atau kaum, sehingga kaum muslim dilarang atau diharamkan melakukannya.
Sehingga, jika ada kaum muslim yang membakar dupa, seakan berbenturan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, yang berbunyi, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.”
Benarkah demikian?
Dupa, atau juga disebut hio, seperti dikutip dari Wikipedia, adalah sebuah bahan yang mengeluarkan bau wangi aroma terapi. Dupa mengeluarkan asap ketika dibakar. Dupa memang biasa digunakan untuk upacara keagamaan, aromaterapi, atau meditasi.
Jika demikian halnya pengertiannya, seperti yang pernah dilakukan oleh kaum muslim berabad-abad lampau, tak ada yang salah dengan pembakaran dupa —jika niatnya memang lurus. Bahkan, justru dianjurkan.
Penjelasannya kira-kira demikian: bahwa Islam adalah agama yang cinta kepada keindahan, kecantikan, dan kebersihan. Bahkan, Nabi Muhammad pernah mengatakan dalam satu hadits, bahwa kebersihan itu adalah ciri khas dari orang yang beriman.
Islam juga mengajarkan pada orang yang akan melaksanakan ibadah salat untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan salat. Bahkan, Nabi Muhammad melarang keras seseorang untuk masuk ke dalam masjid bila mulutnya berbau karena mengkonsumsi makanan yang membuat bau mulut tidak sedap seperti bawang mentah dan sebagainya.