Filosofi Tradisi Kenduri Haji

50 views

Suasana tangis haru pasti menyelimuti rombongan jemaah haji Indonesia yang sudah memasuki tanah suci beberapa waktu yang lalu. Harapan mengunjungi panggilan baitullah yang diidam-idamkan sejak lama akhirnya terpenuhi. Mari doakan bersama semoga para duyufurrahman dapat menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji hingga kembali ke tanah air dalam keadaan sehat walafiyat. Aamiin…

Berbicara soal haji, ghirah dan semangat jemaah Indonesia benar-benar masyaallah. Calon haji kita bahkan rela menunggu antrean hingga 30 tahun. Bukan hanya untuk jemaah haji dengan kategori ongkos naik haji (ONH) reguler, ONH plus bahkan hingga ONH furoda sangat ramai peminat.

Advertisements

Ada baiknya pemerintahan yang akan memimpin nanti memikirkan solusi konkret dan cepat untuk memangkas antrean haji yang panjang ini. Memang bukan tugas yang mudah, tapi pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan ribuan bahkan jutaan kaum muslimin yang ingin menunaikan rukun islam yang kelima ini.

Indonesia yang merupakan salah satu penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia yang memiliki tradisi unik menjelang keberangkatan ataupun sesudah menunaikan ibadah haji. Ya, itulah walimatul as-safar atau yang lebih dikenal masyarakat dengan “kenduri haji” atau “tasyakuran haji”. Suatu acara hajatan yang dilakukan jemaah haji dengan memberikan jamuan makan kepada keluarga, karib, kerabat, hingga tetangga. Sebuah tradisi yang baik untuk mempererat حَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ apalagi dengan mengundang fakir miskin dan anak yatim.

Hajatan ini dalam sejarahnya bukan hanya dikhususkan untuk jemaah haji, melainkan secara umum untuk orang yang hendak bepergian atau pulang dari perjalanan jauh (safar). Hanya, ada hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaannya. Di antaranya, pertama, niatnya bukan untuk riya, melainkan mengamalkan ayat Al-Qur’an  وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah (tahadduts binni’mah).

Kedua, walimatul as-safar ini hakikatnya bukanlah suatu keharusan atau kewajiban. Artinya, tak boleh memaksakan diri untuk mengadakan walimatul as-safar jika memberatkan secara ekonomi.

Implementasi walimatul as-safar bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu memberikan makanan secara langsung ke rumah yang bersangkutan (door to door). Cara ini merupakan yang paling utama karena tidak merepotkan tamu yang diundang. Namun, dikarenakan masalah waktu yang kurang mendukung, maka para tamu diundang untuk mendatangi rumah ahli bait. Umumnya, acara berisi pembacaan Al-Qur’an, selawatan, tausiah atau nasihat keagamaan, dan memohon doa keselamatan.

Sejak Masa Nabi

Waalimatul as-safar mengandung berbagai unsur kebaikan di dalamnya, di antaranya adalah silaturahmi, sedekah, doa, dan sebagainya. Waalimatul as-safar ini pada dasarnya ternyata bukan tradisi lokal, melainkan sudah masyhur pada masa Nabi. Namun, bukan dengan nama walimatul as-safar, melainkan dengan sebutan naqi’ah. Dilansir dari NUOnline, naqi’ah secara bahasa bisa berarti debu (debu orang yang melekat pada seseorang baru pulang dari perjalanan jauh), bisa juga berarti penyembelihan atau pemotongan.

Iman Nawawi menjelaskan naqi’ah berdasarkan hadis:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ نَحَرَ جَزُورًا أَوْ بَقَرَةً

Artinya: “Bahwasannya Rasulullah SAW ketika sampai di Madinah dari perjalanannya menyembelih kambing atau sapi.” (HR. Al-Bukhari no. 2859)

Dalam kitab Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam Nawawi menerangkan:

يُسْتَحَبُّ النَّقِيعَةُ وَهِيَ طَعَامٌ يُعْمَلُ لِقُدُومِ الْمُسَافِرِ وَيُطْلَقُ عَلَى مَا يَعْمَلُهُ الْمُسَافِرُ الْقَادِمُ وَعَلَى مَا يَعْمَلُهُ غَيْرُهُ لَهُ.

Artinya: “Naqi’ah itu disunnahkan yaitu makanan yang disedekahkan karena sekembalinya dari perjalanan dan hal ini dimutlakkan baik bagi musafirnya (termasuk calon haji) atau bagi orang lain (keluarganya),”.

Namun, sekali lagi naqi’ah ini bukanlah suatu keharusan. Jika belum mampu bisa dilakukan secara sederhana dengan keluarga inti atau tidak dilakukan sama sekali.

Filosofi Kenduri Haji

Walimatul as-safar atau kenduri haji ini merupakan tradisi baik yang patut untuk terus dipertahankan. Ada beberapa nilai fisolofis mengapa walimatul as-safar ini baik untuk dilestarikan:

Pertama, walimatul as-safar merupakan momen terbaik untuk memohon maaf atas segala dosa yang telah diperbuat selama hidup. Sebagai makhluk sosial yang bertetangga, tentu tak lepas dari kesalahan baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Momen yang tepat dan pas untuk kembali menjalin silaturahmi yang sempat terkoyak. Caranya calon jemaah haji yang akan berangkat memberikan sepatah kata sambutan sekaligus memohon kemaafan dari seluruh undangan yang hadir.

Kedua, titip rumah dan keluarga. Umumnya calon jemaah yang akan berangkat memohon untuk mengamanahkan atau istilahnya “menitipkan” rumah dan keluarga yang ia tinggalkan kepada para hadirin. “Tolong titip rumah dan keluarga” menjadi ungkapan yang sering kita dengar untuk memohon bantuan dari tamu undangan yang hadir. Selama 40 hari di tanah suci tentunya memiliki was-was terhadap keluarga yang ditinggalkan. Apalagi soal usia tak ada satu pun yang mengetahui apakah calon jemaah akan kembali pulang ke tanah air dalam keadaan bernyawa.

Ketiga, mohon doa menjadi haji mabrur. Tak ada tujuan yang paling utama dari ibadah haji selain menjadi orang yang bertakwa dan meraih predikat mabrur. Mabrur berarti menjadi orang yang penuh dengan amal kebaikan sekembalinya dari ibadah haji. Memohon doa dari keluarga, tetangga dan orang-orang saleh merupakan langkah baik untuk mencapai haji yang mabrur. Hal ini menjadikan walimatul as-safar momentum yang tepat.

Dengan demikian, Walimatul as-safar bukanlah perkara bidah. Walimatul as-safar merupakan sunnah yang sudah ada sejak zaman Nabi. Bedanya, hanya pada teksual dan namanya saja, sedangkan konteksnya adalah bersedekah makanan dan memohon doa keselamatan dan menjadi haji yang mabrur.

Semoga para jemaah haji kita yang berangkat tahun ini mencapai derajat takwa dan menjadi haji yang mabrur. Aamiin…

Multi-Page

Tinggalkan Balasan