Gusdurian Bangkalan menggelar Haul KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Dialog Kebangsaan yang bertempat di rumah makan Joglo, Socah, Bangkalan, Madura, Rabu (29/12/2021). Acara tersebut mengusung tema “Gus Dur Sudah Meneladankan Saatnya Kita Melanjutkan”
Acara diawali dengan tahlilan, setelah itu berlanjut ke dialog kebangsaan. Dalam dialog kebangsaan Gusdurian Bangkalan ini hadir tiga nara sumber, Ra M Faizi (penulis dan sastrawan Madura , RKh Nasih Aschal, S.P.d.i, (anggota DPRD Jatim), dan Dr Safi’, S.H., M.H. ( Dekan Fakultas Hukum UTM).
Dialog kebangsaan dibagi menjadi tiga sesi secara bergantian dari tiga nara sumber, yang dimoderatori oleh Saiful. Dibagi tiga sesi karena dari ketiganya mempunyai topik sendiri untuk disampaikan.
Sesi pertama tentang kearifan lokal, yang diisi oleh Ra M. Faizi. Ia menyampaikan, bahwa semasa Gus Dur, sesuatu yang dilakukannya selalu berdampak setelahnya. Artinya, bisa dirasakan saat ini dalam bernegara maupun beragama.
“Gus Dur membuka ruang besar bagi pesantren, sebab masa Orde Baru sangat menutupi itu. Sehingga lahirnya reformasi dapat mengubah itu semua,” jelasnya.
Tidak hanya itu, menurutnya, dari sisi kebudayaan, Gus Dur mampu memperkenalkan jati diri bangsa ke kancah internasional. “Sehingga keteladanannya tidak hanya konsep, tapi benar dan nyata keberadaannya dan sekarang (kita) bisa melanjutkannya,” tambahnya.
Terakhir, ia menyampaikan bahwa Gus Dur dikenal sosok yang sangat sederhana dan apa adanya. “Konsep kesederhanaan Gus Dur tidak menjadikan materi sebagai tujuan pertama. Buktinya Gus Dur sering tidak memegang uang dan bahkan sering ngutang,” jelas Faizi.
Sesi kedua tentang peran Gus Dur di Bangkalan, yang diisi oleh Dr Safi’. Dalam peresentasinya, Ia mengungkapkan, dirinya mengenal Gus Dur cukup lama walaupun tidak pernah bertemu secara langsung. Namun lewat karya-karyanya, dia dapat mengenal Gus Dur selama di pesantren.
“Mengenal Gus Dur sejak saya di pesantren. Karena sering banyak baca majalah Aula milik NU dan kebetulan di situ banyak tulisannya,” jelasnya.