Seusai dipetik, awalnya jeruk itu senang tak keruan, karena ia dan beberapa jeruk lainnya tak dimasukkan oleh pemiliknya ke dalam keranjang; tak ikut dijual kepada juragan jeruk yang tampak menyiapkan alat timbang itu. Besar kemungkinan ia akan dimakan oleh pemilik kebun— seperti harapannya selama ini.
Namun, saat menimbang keranjang terakhir— kendati mereka telah sepakat pada angka yang tertera—, demi melebihkan timbangan, si pemilik kebun menambahkan dengan beberapa jeruk yang ia pisahkan tadi. Masuk ke dalam keranjang, cemas mengikuti jeruk itu: menyoal hidupnya bakal berakhir di dalam perut siapa.
Dibandingkan dengan semua jeruk yang ada di kebun itu, jeruk itu memang berbeda. Bukan dalam bentuk, tapi cita-cita. Dulu, saat mereka hanya mentok pada keinginan menjadi buah matang kemudian mati usai dimakan alias tamat begitu saja, jeruk itu —setelah mati— ingin masuk surga. Meski beberapa jeruk mengolok-oloknya sembari sepakat menyatakan bahwa hal itu mustahil— karena surga dicipta oleh Tuhan hanya untuk bangsa jin dan manusia—, dengan yakin ia menjawab, “Tak ada yang tak mungkin bila Tuhan menghendakinya.”
Kendati mereka percaya bahwa Tuhan kuasa atas segala sesuatu, salah satu jeruk bertanya, “Lantas apa yang akan kau lakukan agar bisa masuk surga?”
Sebagai jeruk jujur ia menjawab, “Saya tidak tahu. Meski begitu saya tahu Tuhan Maha Tahu dan semoga Dia berkenan memberitahu saya caranya.”
Hari-hari berlalu, ia tumbuh kian besar, beranjak matang. Sementara itu, ia belum tahu cara mewujudkan cita-citanya. Ia bukan jin juga bukan manusia yang diberi ketetapan oleh Tuhan untuk berbuat sesuatu yang dapat jadi perantara mereka masuk surga.
Sampai suatu malam, beberapa saat setelah pemilik kebun menyirami pepohonan itu, dapat ia rasakan pertumbuhan dalam dirinya. Dari sini ia dapat pemahaman: ada berbagai unsur yang bekerja sama di dalam pohon untuk menghasilkannya —menumbuhkannya. Akar tak bisa bekerja sendiri. Demikian pula batang, ranting, dan dedaunan. Di luar itu mereka butuh tanah —termasuk sari makanan di dalamnya— juga air. Masing-masing punya peran penting demi mewujudkan jeruk itu.