Karena Manusia, Kita Harus Membaca!

33 views

Tulisan kerap terbentuk dengan baik, bila mata sudah mengalami benturan dengan banyak bacaan; maka membacalah! Menulisnya cukup belakangan saja. Karena, menulis tidak akan membuat kita terbelakang, justru yang kurang membaca–yang lebih mengancam pikiran kita tidak berkembang. Itulah mengapa membaca menjadi keharusan setiap manusia, apalagi buat penulis.

Kemudian, saya teringat pada surat ringkas dari Anton Chekhov (1860-1904) yang ditulisnya untuk para penulis muda:

Advertisements

“Kalaupun saya tidak menulis apa pun, perjalanan ini tidak akan pernah kehilangan daya tariknya. Dengan membaca, menonton, dan mendengarkan, saya akan menemukan dan mempelajari banyak hal.”

Isi dari pernyataan sastrawan besar Rusia ini sangat menarik untuk kita analisis lebih dalam; bahwa membaca, menonton, dan mendengarkan sebenarnya adalah investasi pengetahuan yang sangat berharga untuk terus kita budayakan.

Dalam dunia literasi di era digital ini, mungkin sudah sering dibahas, tetapi kebiasaan membaca dengan baik belum sepenuhnya kita apresiasi. Kadang membaca diartikan sebagai sekadar membaca. Padahal, ada yang perlu diperhatikan dalam membaca, seperti logika.

Logika menjadi bagian penting dalam literasi. Ia berfungsi sebagai dasar untuk menalar apapun yang kita baca. Sebab itu kita tidak dapat mengabaikannya. Itulah yang harus jadikan pegangan jika menginginkan literasi yang lebih baik.

Sebagai mahasiswa, dari bermacam tugas yang diberikan dosen, salah satu tugas yang paling saya sukai adalah mereviu atau meresensi buku yang direkomendasikan oleh dosen. Sebab, dengan cara begitu, mau tidak mau saya harus membaca buku itu.

Di dalam membaca, saya tidak langsung menerima secara mentah-mentah apa yang diinformasikan atau disampaikan penulis.  Pertama-tama, saya membiasakan diri untuk skeptis terlebih dulu, kemudian menalarnya pelan-pelan, membandingkannya dengan pernyataan yang lain. Jika saya sendiri tidak setuju, tentu saya harus punya alasan yang kuat.

Saya sering lambat untuk mengkhatamkan buku-buku yang saya baca, karena memang tidak mudah untuk memahaminya secara komprehensif. Jika sekadar membaca, saya pun bisa mengkhatamkan buku-buku itu sekali duduk. Tetapi, saya tidak ingin setelah beranjak pengetahuan yang saya dapatkan juga ikut beranjak dalam diri saya.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan