KEBUN AIR MATA
Di kebun-kebun air mata,
makhluk yang mekar suaranya gesit. bergerak
menyingkap dan sembunyi ke akar-akar sukma.
nenek moyang kita kesedihan,
melahirkan ribuan benih kenangan.
pelan ia bergumam.
Di kebun-kebun air mata,
sepetak tanah itu, tempat medan pacuan dan taruhan,
selalu dan selalu dikalahkan dendam
bila musim panen tiba,
hari akan menamai diri dengan kelopak senja
sekali lagi ia bergumam.
maka kupetik buah ranum itu
dan tetesannya, mengaliri sungai mataku.
Yogyakarta, 2022.
BUNGA KRISAN DI HALAMAN
Sebermula,
bunga itu peranakan kuda yang mahir berlar
menyeberangi semesta.
Kelopak-kelopak umur menyiasati
tumbuhnya daun dengan mega,
dengan semenanjung barat
yang membasahi mata kita.
Sebermula,
sepasang kelopak Krisan akan gugur
bila punggung doa terkulai dan rebah di halaman,
lalu para Ibu yang sedia berburu nasib
memungutnya dengan hati
yang tak pernah kita pahami.
Sementara kau sungguh-sungguh membenci
perpisahan yang diulang-ulang:
Ibumu kelopak bunga, dongeng matahari
cinta masygul para peri.
Yogyakarta, 2022.
BIJI AKASIA
Bila biji-biji ini selesai kau rendam dari air keruh dosa,
dan sepasang merpati mencuri tatap, kau telah selesai
menjadi mayat kenangan dan arwahmu meracau, seperti
wangi kembang. Maka miringkan bulan, purnama itu,
dengan segala yang mungkin.
Merah, merah subuh, selembut belatung pohon siwalan
akan menjelma serbuk-serbuk musim, ketika rindu terlampau
sendu dan pohon ini sempurna tumbuh dari keras batu-batu.
batu cadas hatimu. Maka Akasia kecil bermandi cahaya,
pecah cahaya dari setiap sisi kemurunganku yang selalu sia-sia.
Bila biji-biji ini cemburu kepada air, kerap kau kecup tiap waktu
Tulisan Rifdal selalu👍👍