Kiat Sukses Berwirausaha dari Kiai Gontor

108 views

Potret kehidupan kiai pesantren tentu akan menjadi inspirasi yang akan terus membumi dalam benak seorang santri dan masyarakat yang berinteraksi dengannya. Kiai pesantren melalui beberapa ajaran, pesan, dan suri tauladannya merupakan aset berharga yang perlu diabadikan dalam sebuah tulisan sehingga menjadi oase yang senantiasa ditiru oleh para generasi dan santri-santrinya.

Buku ini, yang berjudul Ajaran Kiai Gonto, memotret bagaimana pesan-pesan, wejangan, dan pandangan hidup yang disampaikan oleh KH Imam Zarkasyi, pendiri Pondok Pesantren Darus Salam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Menariknya, buku ini ditulis langsung oleh salah satu putra bungsunya, yaitu Kiai Muhammad Ridho Zarkasyi, lulusan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta. Sehingga, apa yang ada di dalam buku ini tentu merupakan cerminan dan rekaman hidup selama berinteraksi dengan KH Imam Zarkasyi, ayahhandanya sendiri.

Advertisements

Diawali dengan cerita singkat bagaimana penulis berinteraksi langsung dengan ayahandanya selama hidup dalam mendoktrin agar semangat dan memiliki jiwa kemandirian berwirausaha. Menurut penulis, ajaran yang dimaksudkan di dalam buku ini adalah filosofi, idealisme, tuntunan, serta wejangan tentang kemandirian dan kewiraswastaan dari sosok  KH Imam Zarkasyi. Dengan demikian, buku ini lebih fokus kepada sisi interpreneurship Kiai Zarkasyi. Tentu hal ini menjadi bekal bagi santri milenial agar pemikiran dan konsep yang telah dituangkan di dalam buku ini benar-benar menjadi pegangan dan bukti nyata di tengah-tengah masyarakat industrial hari ini.

Ia mencontohkan konsep wirausaha dari koperasi dapur pesantren yang keuntungannya di dapat dari “barakatul jamaah”. Koperasi pelajar untungnya dari kejujuran, sedangkan warung pelajar untungnya dari keikhalasan.

Koperasi pelajar atau toko kelontong mengandalkan ketelitian dan kejujuran dalam melayani dan membukukan semua transaksi. Godaan dapat diminimalkan dengan sistem manajemen dan pencatatan keuangan yang rapi, namun akan lebih efektif jika godaan tersebut ditangkal dengan keikhlasan. (hal. 165). Seorang santri yang ingin memulai berwirausaha, maka modal utamanya adalah kejujuran dan keikhalasan.

Selain itu, menurut Kiai Imam Zarkasyi, menjadi pegawai itu tidak lebih terhormat dari seseorang yang bekerja sendiri. Karenanya, pegawai hanya punya status di masyarakat, tetapi belum tentu mempunyai peran di masyarakat. (hal. 51).

Kiai Imam Zarkasyi merekomendasikan agar meskipun menjadi pegawai yang tetap memiliki inisiatif untuk melakukan kemaslahatan di masyarakat. Sebab, secara esensinya menjadi pegawai merupakan budak sewaan. Tandanya kalau pegawai budak, maka ia tidak akan berani bergerak kalau tidak ada perintah. Mayoritas pegawai itu mematikan inisiatif. Maka kalau menjadi pegawai jangan sampai mematikan inisiatif. (hal. 45)

Petuah-petuah kebijaksanaan yang disampaikan di dalam buku ini seakan memberikan motivasi, semangat, meluruskan niat dan tujuan dalam menjalani kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar. Dalam bidang pertanian, wirausaha, pendidikan, berdagang, bertani semuanya dijelaskan dengan sikap-sikap dan mental yang harus dibangun dalam memulai berbagai bidang pekerjaan tersebut. Seperti anjurannya dalam membuang konsep pendidikan warisan kolonial. Pendidikan kolonial bertujuan untuk menjadikan anak didik sebagai pegawai, sedangkan pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan rakyat. (hal. 40).

Wejangan hidup Kiai Imam Zarkasyi dalam buku ini menunjukkan keseimbangan pemikirannya dalam urusan dunia dan akhirat serta bisa menjangkau esensi dalam menghadapi pekerjaan di masyarakat. Seperti adanya anggapan di sebagian masyarakat bahwa alumni pesantren tidak memiliki peran apa-apa di masyarakat. Sehingga, Kiai Imam Zarkasyi menegaskan bahwa kunci sebuah kekuksesan dalam berbagai hal terletak kepada mentalnya.

Pendidikan di pondok pesantren lebih mengutamakan mental skill daripada job skill. Mental skill adalah bagaimana seorang mengembangkan diri, mengembangkan diri sendiri, serta mengembangkan potensi potensi di dalam diri dan di luar diri. Karena itulah, orang sukses lebih banyak diperankan oleh kemampuan mental daripada kepintaran akademik.

Bisa disimpulkan bahwa orang sukses adalah mereka yang menguasai diri, mengatur diri, dan mengatur waktu (hal. 23). Sukses yang harus diperjuangkan adalah tercapainya keinginan terus menerus dengan cara yang benar baik itu keinginan jangka pendek (duniawi) maupun keinginan jangka panjang (ukhrawi) dengan tetap seimbang antara memperjuangkan kepentingan pribadi dan masyarakat.

Walaupun sudah sukses menjadi wirausahawan muda, tetapi bagi seorang santri dan alumni pesantren harus tetap hidup dengan sederhana. Kapitalmu yang harus dimiliki pertama kali adalah hidup sederhana. Lihat kehidupan orang China, walaupun kaya tapi hidup sederhana (hal. 187).

Jika menilik lebih cermat lagi, orang yang sederhana sebenarnya mempunyai kekuatan hati dan mengatur diri sendiri. Maka, sikap sederhana menjadi jurus ampuh dalam membentuk jiwa besar.

Data Buku

Judul               : Ajaran Kiai Gontor
Penulis             : Muhammad Ridlo Zarkasyi
Penerbit           : Rene Turos Indonesia
Cetakan           : April, 2021
Tebal               : 220 halaman
ISBN               : 978-602-120-17-56

Multi-Page

Tinggalkan Balasan