Kisah El Bayan dan Santri Mandiri

243 views

El Bayan baru saja keluar dari lubang jarum. Setelah menjadi salah satu kluster penyebaran virus Corona pada September 2020, kini Pondok Pesantren El Bayan di Desa Padangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dinyatakan bebas Covid-19. Seribu lebih santri bisa kembali belajar dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Pondok El Bayan sebenarnya telah menerapkan protokol kesehatan secara ketat sejak awal. Namun, toh, virus tetap saja bisa menyelusup masuk dan menjangkiti 497 santri. Bersyukur, mara bahaya itu akhirnya berlalu. Meskipun begitu, pengurus pondok tak hendak lalai. Penerapan protokol kesehatan semakin ketat ketika aktivitas pesantren dimulai lagi, agar kejadian serupa tak terulang.

Advertisements

El Bayan adalah salah satu pesantren tertua di Kabupaten Cilacap yang masih eksis hingga saat. Cilacap merupakan salah satu kabupaten yang di Jawa Tengah dengan jumlah pesantren sangat banyak, sekitar 300 pondok pesantren. Namun, dalam 10 tahun terakhir, penelitian yang dilakukan oleh KH Dr Fathul Amin, dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, sebanyak 20 persen pesantren di Cilacap tutup, dan kebanyakan yang mengalami mati suri itu adalah pesantren tradisional atau salaf.

El Bayan adalah salah satu pesantren yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dan karena itu masih eksis dan terus berkembang hingga kini. Juga karena ia memiliki sejarah yang panjang dengan berbagai terobosan dan inovasi.

Perintis pesantrenEl Bayan adalah KM Syuhud. Pada 1930, untuk mengamalkan ilmunya, Kiai Syuhud mendirikan sebuah masjid di Desa Padangsari, Majenang. Selain untuk salat, masjid itu juga digunakan mengaji. KM Syuhud mengajar para santri di masjid itu. Dengan tekun dan sabar, Kiai Syuhud menjadi guru ngaji di masjidnya. Ketekunan dan kesabaran Kiai Syuhud itu memperoleh respons dari masyarakat sekitar. Akhirnya, dengan bantuan masyarakar sekitar, dibangunlah pesantren yang ketika itu diberi nama Pondok Pesantren Bendasari Majenang (PPBM).

Pada 1954, Kiai Syuhud wafat. Kepemimpinan Pondok Bendasari akhirnya dilanjutkan oleh putranya yang alumnus Pesantren Tebuireng Jombang, KH Najmudin. Di bawah kepemimpinan Kiai Najmudin, Pondok Bendasari mulai mengadopsi sistem pendidikan modern. Diterapkan kombinasi sistem pendidikan nonformal dan formal. Untuk itu dibentuklah Yayasan El-Bayan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar baik yang nonformal maupun yang formal. Sejak itu, pada 1971, Pondok Bendasari berganti nama menjadi Pondok Pesantren El Bayan.

Pada 2002 Kiai Najmudin, dan estafeta kepemimpinan pondok dilanjutkan oleh kedua putranya, yaitu, KH Imam Subky Najmudin dan KH Mahsun Yusuf Najmudin. Kiai Imam Subky merupakan alumnus Pondok Tebuireng seperti ayahnya. Sedangkan, Mahsun Yusuf adalah alumnus Pondok  Ploso Kediri. Pada masa ini mulai digariskan sasaran pendidikannya, yaitu

membentuk manusia yang bertakwa dan berakhlakul karimah, melahirkan generasi Islam yang berhaluan ahlisunnah wal jamaah yang terampil dan mandiri.

Di bawah naungan Pondok Pesantren El Bayan, kini sudah ada lembaga pendidikan formal yang lengkap, mulai Taman Kanak-kanak, Madrasah Ibdaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk pendidikan nonformal, ada Taman Pendidikan Quran, Madrasah Diniyah, dan Tahfidzul Quran. Pelajaran nahu saraf, tahfidzul quran, dan fikih menjadi program unggulan. Total jumlah santrinya kini sekitar 2000.

Generasi Santri Mandiri

Untuk membekali santrinya agar bisa hidup mandiri, Pondok Pesantren El Bayan juga menggulirkan program usaha dan keterampilan. Misalnya, diselenggarakan pendidikan  keterampilan komputer, peternakan, pertukangan, pertanian, perdagangan, dan keterampilan jasa disesuaikan dengan potensi masing-masing santri.

Pendidikan di bidang usaha dan keterampilan pengelolaannya semua diserahkan kepada Santri di bawah bimbingan santri-santri senior. Misalnya, ada Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), El-Bayan Tailor (Ketrampilan Menjahit), perbengkelan, dan pertanian. Ada juga Program Profesi Satu Tahun membuka jurusan Manajemen Informatika dan Manajemen Keuangan. Dengan berbagai program itu, Pesantren El Bayan hendak mewujudkan cita-cita untuk melahirkan generasi santri yang bisa hidup mandiri.

Sebagai pesantren yang lahir dari masyarakat, Pondok Pesantren El Bayan juga mengembangkan program-program pendidikan dan pengajian yang melibatkan masyarakat sekitar. Misalnya, ada Ittihadul Muballighin Al Islami (IMA) yang bergerak di bidang tabligh dalam bentuk pembelajaran berdakwah untuk santri di dalam pondok maupun di luar pondok. Ada pula Pengajian Reboan, yaitu pengajian yang diikuti masyarakat sekitar pondok, yang rutin dilaksanakan setiap hari Rabu. Selain itu ada pengajian muslimat, pengajian yang diikuti ibu-ibu muslimat sekitar pondok yang dilaksanakan setiap hari Ahad Kliwon.

Dengan berbagai terobosannya itulah Pondok Pesantren El Bayan masih eksis dan terus berkembang hingga kini. Covid-19 yang sempat merundung warga pondok tak menyurutkan semangat para santri untuk terus belajar, agar menjadi generasi yang mandiri.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan