Lonceng Kemerdekaan yang Tak Pernah Dibunyikan

Tidak semua kemerdekaan dirayakan dengan sorak. Ada yang justru disimpan dalam diam, dalam besi berkarat, dalam benda yang dibiarkan menggantung tanpa pernah disentuh.

***
Sekolah dasar di kampungku berdiri sejak zaman kolonial. Bangunannya bercat putih yang kini pudar. Jendelanya tinggi dengan kusen kayu yang sudah miring. Murid-murid berlarian setiap pagi. Tapi ada satu ruangan yang tak pernah dipakai: gudang tua di belakang kelas enam. Di situlah lonceng besar itu tergantung. Catnya mengelupas, besinya penuh karat, talinya putus. Murid-murid menyebutnya ‘lonceng hantu’. Mereka percaya kalau ada yang berani memukulnya akan terdengar suara arwah. Tak ada yang berani mendekat. Bagi mereka itu cuma rongsokan. Bagi sebagian orang tua, lonceng itu menyimpan sesuatu. Kakekku pernah berkata lirih, “Itu lonceng yang tak pernah sempat dibunyikan saat proklamasi.”

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Aku, Arif, yang kini menjadi guru sejarah di SMP desa, tak pernah mengerti maksud kakek. Hingga suatu siang, ketika hujan deras turun dan aku mencari tempat berteduh, aku masuk ke gudang tua itu. Bau lembap dan rayap menyambutku. Aku menyalakan senter ponsel, dan di antara bangku patah aku melihat kotak kayu kecil.
Di dalamnya ada buku lusuh, tulisan tangan, ejaan lama bercampur Arab.

Judul samar terbaca:
Catatan yang Tak Dibacakan — milik S.’

Tanganku gemetar. Aku membuka pelan-pelan.

Tangal 17 Agoestoes 1945. Dengan rahmat الله Jang Maha Besar.

‘Lonceng ini mestinya dipukul pada 17 Agustus, sebagai tanda merdeka bagi desa kami. Tapi suara itu dicegah. Mereka berkata: “Kemerdekaan harus diumumkan seragam, dari pusat.” Maka lonceng ini dibiarkan menggantung. Kami dilarang menyentuhnya, seolah suara merdeka tidak boleh lahir dari desa kecil.’

Aku berhenti membaca. Napasku tercekat.
Nama “S” tidak asing. Nenekku pernah menyebut seorang guru desa, Sulaiman, yang menghilang tiba-tiba di tahun-tahun genting itu. Ada bisik-bisik ia dituduh lancang karena ingin memproklamasikan kemerdekaan lebih dulu. Dalam buku sejarah resmi, ia tak pernah disebut. Seolah ia tidak pernah ada.

Malamnya aku mendatangi Pak Dahlan, penjaga sekolah yang sudah renta. Ia tahu banyak, karena sejak muda sudah mengurus sekolah itu.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

3 Replies to “Lonceng Kemerdekaan yang Tak Pernah Dibunyikan”

Tinggalkan Balasan