Senin, 18 Oktober 2021, Ma’had Aly Nurul Qarnain Sukowono, Jember, Jawa Timur menyelenggarakan Dauroh Internasional dalam rangka merayakan Maulid Nabi Muhammad. Dauroh Internasional kali ini mengusung tema “Momentum Maulid Nabi sebagai Upaya Meneladani Akhlak Rasulullah Saw” yang menghadirkan Syaikh Fadi Fuad Alamuddin, ulama dari Beirut, Lebanon.
“Harapan kami, sepulangnya dari acara ini nanti para mahasantri Ma’had Aly Nurul Qarnain dapat tambahan ilmu tentang sirah kehidupan Nabi Muhammad. Tak hanya mendapatkan ilmunya, tetapi semoga seiring petunjuk Allah, mahasantri sekalian diberi kemampuan untuk meneladani beliau sang pemilik syafaat,” harap KH. Badut Tamam selaku Mudir Ma’had Aly Nurul Qarnain.
Dauroh Internasional yang berlangsung di Auditorium KH Yazid Karimullah ini tidak hanya diikuti oleh mahasantri Ma’had Aly, tetapi juga diikuti santri mukim yang sekolah di tingkat pendidikan lain, seperti siswa Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah Takmiliyah, Madrasatul Qur’an, Madrasah Diniyah Muadalah Tsanawiyah, Madrasah Diniyah Muadalah Aliyah, dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah.
“Tak hanya santri yang berstatus sebagai mahasantri Ma’had Aly dan siswa dari lembaga pendidikan lain yang ikut dauroh ini, tetapi mayoritas asatiz, pengurus pesantren, dewan guru, serta dosen juga ikut gabung dalam acara ini,” papar Uastaz. Jamil Khan, Katib Ma’had Aly Nurul Qarnain.
Dauroh yang dihadiri lebih dari seribu peserta ini berlangsung kurang lebih selama tiga jam. Dimulai pukul 08.30 WIB dan selesai pukul 10.45 WIB. Peserta sangat antusias menyimak uraian demi uraian yang disampaikan oleh Syaikh Fadi Fuad Alamuddin, ulama dari Beirut, Lebanon.
Di antara uraian yang disampaikan adalah tentang hadis Nabi Muhammad:
أَخْبَرَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ يَقُولُ: “مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ”
Menurutnya, makna bidah dalam hadis Nabi tersebut adalah bidah yang bertentangan dengan syariat atau tidak ada nash-nya dalam syariat. Artinya, tidak semua bidah dikategorikan sebagai bid’ah dhalalah (sesat). Hal ini bisa dibuktikan dengan salah satu contoh; setiap Nabi salat, tepatnya ketika i’tidal, Nabi membaca: