MEMESAN KEMATIAN

16 views

PERSEMBAHAN

Persembahan itu sudah selesai sejak tadi
Sejak daun pandan mengetuk batu nisan

Advertisements

Aku dan kamu saling termangu,
Siap tak siap kehilangan suara itu

Hingga batas doa dilumat kata, hingga garis waktu diempas rindu

Suara itu tak terdengar lagi, kecuali di mati dan mimpi!

2023.

TERAKHIR

Terakhir kali kumembaca malam
Tak kutemukan bintang-gemintang
Sebab, bulan melarangnya datang
Terakhir kali kumengeja berita
Tak kutemukan cerita-cerita kejam
Sebab, para penguasa menutupinya
Terakhir kali kumengamati cuaca
Tak kutemukan embun menyala
Sebab, hujan menyeretnya

2023.

MEMOAR

Ada semacam rindu yang menggumpal, bila mataku karam di riak gelombang fotomu -di dinding pigura itu.

Air mata dan doa bergumul, menarik tubuh untuk segera menemuimu.

Ada semacam rindu yang lapuk, bila mataku terjerat derai-derai tulisanmu.

Membawaku pada perbincangan sakral, sehari sebelum kepergianmu.

2023.

SEHABIS MAGHRIB

Ia tahu,
Maghrib menjempunya dari lelah seharian.

Setelah tubuhnya kering kerontang, melihat anak-anak ngaji di langgar, membuatnya subur, berbunga seketika.

Ia tahu,
Isya’ akan menyergapnya sebentar lagi, sementara ia terbangun dalam mimpi.

2023.

MEMESAN KEMATIAN

Bulan menerjemahkan malam yang kelam
:Mengingat tubuhmu, mengingatkanku pada penyesalan.

Suara parau masa lalu tiba-tiba jatuh di dekatku.

Engkau menemukanku dan bertanya
:Bukankah kamu ingin memesan kematianmu sendiri dengan senyuman?

Maka, hiduplah sepuasmu!

2023.

ilustrasi: lukisan aqiq zaman rusnadi.

Tinggalkan Balasan