Corona bukan hanya saja menghantui manusia, tapi lebih jauh dari itu ia menyebabkan kepanikan tiada berujung. Pada fase awal penyebaran penyakit mematikan ini, sebagian masyaraka Indonesia merasa jumawa, bahkan dengan sangat percaya diri mengatakan bahwa Corona tidak berlaku di Indonesia. Tapi tak lama dari itu –Lisan memang mudah untuk dilipat bahkan dibalik, karena ia memang tidak bertulang– Indonesia secara resmi dikabarkan terjangkit virus Corona. Dua orang terdeteksi positif terjangkit virus Corona.
Tak sampai hitungan jam, berita simpang siur, hoax ataupun fakta, membuat masyarakat di seluruh penjuru Indonesia terbirit-birit mencari pelindung untuk mengamankan diri. Masker dengan harga murah melonjak tinggi lebih 100% dari harga awal. Bukan masyarakat Indonesia jika tidak baku hantam antarucapan. Saling menyalahkan merupakan bumbu utama dalam serangan panik Indonesia hari ini. Lebih dari itu, pemerintah adalah sasaran empuk segala jenis umpatan dan celaan.
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti MERS, SARS, dan pneumonia. Coronavirus mampu menyebar dengan sangat mudah. Hingga saat ini Corona telah menyerang 64 negara, dengan korban 3.006 meninggal dunia, dan 88.227 terinfeksi.
Tho’un atau The Black Death
Seperti yang pernah dikatakan, bahwa hidup adalah sejarah yang berulang. Penyakit semacam Corona juga pernah mewabah di zaman Rosulullah. Penyakit tersebut bernama Tho’un. Penyakit ini dikenal sangat mematikan bahkan tidak ditemukan obatnya. Penyakit dengan sebutan The Black Death ini merupakan penyakit yang mewabah pada abad pertengahan, yakni 17 Hijriyah (sekitar 639M). Wabah ini muncul dan menyebar pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Banyak sekali umat muslim yang meninggal dunia akibat penyakit Thoun.