Misteri Nabi Khidir dan Keramat Para Wali

417 views

Misteri Nabi Khidir masih menjadi perdebatan di kalangan ulama hingga kini. Terutama, mengenai nasab, apakah ia seorang wali, malaikat, ataukah nabi. Juga, tentang umurnya yang panjang, apakah ia masih hidup ataukah sudah wafat, serta apakah ia hidup pada zaman Nabi Muhammad ataukah hidup sesudah itu.

Beberapa hal ini menjadi misteri Nabi Khidir. Begitu pula seputar para wali, masih hangat diperbincangkan. Lebih-lebih terkait dengan kekeramatan para wali. Bagaimana hal ihwal keramat berdasarkan Al-Quran, hadis, atsar sahabat, kitab-kitab ulama yang sahih; dan apakah keramat merupakan penyempurnaan mukjizat, apakah wali juga dimiliki bangsa jin, bagaimana wali dan kekeramatan menurut pandangan Qadariyah dan Muktazilah, serta apa itu wali quthb, ghauts, autad, abdal, nuqaba’, dan nujaba’.

Advertisements

Mayoritas informasi mengenai hal-hal tersebut telah dikupas tuntas di dalam buku dengan judul Nabi Khidir & Keramat Para Wali ini sejauh pengetahuan penulisnya, serta disebutkan pula mana yang benar dan mana yang salah terkait pemaparan-pemaparan mengenai berita tersebut.

Buku ini merupakan terjemahan dari kitab ‘Inayatul Muftaqir bima Yata’allaq bi Sayyidina Khidir ‘Alaihissalam dan kitab Bughyatul Adzkiya’ fi Bahtsi ‘an Karamatil Auliya. Kedua kitab tersebut adalah karya Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tarmasi, yang diterjemahkan oleh Ahmad Dzulfikar dan Muhammad Sholeh Asri, serta Kata Pengantarnya ditulis oleh KH Harir Muhammad Mahfudz At-Tarmasi (cucu Syekh Mahfudz At-Tarmasi) dan KH Maimun Zubair (Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang).

Telah popular di kalangan kita bahwa Syekh Mahfudz At-Tarmasi merupakan ulama yang mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk amal yang sangat dicintainya, yaitu nasyrul ilmi lewat ta’allum, ta’lim, dan nashnif. Di usia belia, Syekh Mahfudz diajak bapaknya menunaikan haji sekaligus menimba ilmu di tanah Haramain.

Menginjak usia remaja, ia kembali ke Jawa dan belajar di beberapa pesantren, salah satunya ke Kiai Sholeh Darat Semarang. Setelah itu, ia memperdalam ilmu lagi ke Haramain dan menetap di Mekkah, hingga didaulat menjadi syekh dan mufti di Masjidil Haram. Selain mengajar para santrinya, ia juga banyak menulis kitab berbagai ilmu agama, di antaranya adalah kitab ‘Inayatul Muftaqir dan Bughyatul Adzkiya’ ini.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan