Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Talango kembali merestrukturisasi kepengurusan untuk masa khidmat 2021-2024 dalam acara Musyawarah Cabang (Muscab) dan Haul Masyaikh Annuqayah yang bertempat di kediaman Adi Prayitno, salah satu alumni, di Desa Palasa, Talango, Sumenep, Madura, Jawa Timur pada Ahad (12/12/2021).
Muscab kali ini juga menghadirkan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, yaitu Kiai Muhammad Sholahuddin A Warits serta Dewan dan Pengurus IAA Pusat. Dalam Muscab yang dihadiri 75 peserta itu, Edy Hartono terpilih sebagai Ketua IAA Talango masa bakti 2021-2024.
Selain bermusyawarah untuk membentuk kepengurusan baru, acara Muscab IAA Talango ini juga diisi tahlil dan pembacaan selawat bersama dalam rangka memperingati Haul Masyaikh Annuqayah sebagai bentuk refleksi jihad dari kenang-kasih perjuangan mereka dalam membangun umat.
Sekretaris IAA Pusat, Jazuli Muthar, dalam sambutan mewakili Ketua Umum, menyampaikan, organisasi IAA menjadi ikatan kebatinan dan sanad keilmuan para alumni kepada para masyaikh, baik yang telah berpulang ke rahmatullah atau masih dalam masa perjuangan mengasuh santri di pondok pesantren. Hal itu dilakukan berdasarkan kesadaran dalam satu-kesatuan misi pembangunan (manhajul fikr) dan orintasi jihad keumatan.
“Ikatan ini menjadi tali silaturrahim antara alumni dan para kiai. Tentu dengan keberadaan IAA kita diharapkan bisa istikamah dengan status dan etika kesantrian. Tidak ada istilahnya alumni santri, yang ada itu alumni pesantren karena boyong dari pondok. Sehingga di mana pun kita berada, kita tetaplah santri,” terangnya.
Demikian halnya, Ra Mamak (sapaan akrab K Sholahuddin) yang berkesempatan memberikan pencerahan dalam acara tersebut memberikan apresiasi kepada para alumni karena telah mampu merawat ikatan kesantrian di tengah masyarakat. Menurutnya, alumni telah banyak menorehkan prestasi sosial dalam memberikan rumusan solutif di tengah permasalahan umat yang kian pelik.
Menurut Ra Mamak, keberadaan alumni pesantren merepresentasikan semangat jihad keumatan. Entitas kesantrian menjadi suatu keniscayaan menyatu secara apik dalam setiap perjuangan di mana status alumni menjadi ladang implementatif keteladanan dan keilmuan yang direguk dari para masyaikh selama nyantri di pondok pesantren. Karena ilmu dan akhlak menjadi tanggung jawab etik yang harus dijalankan sepanjang hidup.