NYANYIAN JELANG PERAYAAN KEMERDEKAAN
I
Apa yang dinyanyikan perut-perut kelaparan
yang kerontang
hanya terisi harapan
—selebihnya kekosongan.
Jelang tanggal 17, semua sibuk mempersiapkan perayaan,
desa-kota ramai perlombaan
antusias ibu-ibu berteriakan
—sisanya kemiskinan yang berteriak parau
NYANYIAN JELANG PERAYAAN KEMERDEKAAN
II
Apa yang terdengar dari gemuruh perayaan kemerdekaan?
; teriakan lantang orasi para elite— yang kerap kesiangan
di momentum sakral bernama perayaan kemerdekaan
; yang lebih lantang
—teriakan ketidakadilan.
NYANYIAN JELANG PERAYAAN KEMERDEKAAN
III
… tiba-tiba menyadari
Perlombaan Agustusan di kalangan elite politisi
naik level
dari kompetisi tarik tambang Agustusan
—beralih pada tambang ormas keagamaan.
(ADA) APARAT YANG TAK PERLU MALU-MALU BANGUN KESIANGAN (?)
Sialannya, menjadi tabu menyelesaikan perkara hingga ke akarnya
; terbiasa bangun siang untuk mengawal kebenaran,
Repot sekali tugas rakyat masa kini
; mengomentari kinerja yang acak-acakan
; mengkritisi analisa
—yang nilai logikanya justru dibatasi sawer dan iming-iming jabatan.
Anjlok harga akal di pasaran aparat.
Prinsip bukan lagi suatu yang langka diperjualbelikan.
“Halah, cuma kehilangan kepercayaan, yang penting bukan hilang jabatan.
Toh, kita terbiasa tebal muka demi menebalkan harta. Hahaha“.
PERTIWI (YANG) KEHIANGAN JATI DIRI
Mudah sekali janji politisi, laris
manis dengan iming-iming
materi (yang) serba gratis
diumpan makanan; berkerubunglah
bagai semut kelaparan.
“lalu kenapa harus mengasuh mental pengemis?”
—ia sudah tumbuh subur setiap hari
; Kemarin aku bertemu, ia pertiwi
yang kehilangan jati diri.