Abu Sa’id ketika ditanya perihal jumlah jalan menuju Tuhan, menjawab: “Menurut beberapa catatan, ada seribu jalan, menurut catatan lain, jalan menuju Tuhan sebanyak partikel yang ada di dunia ini. Tetapi jalan terpendek, terbaik dan termudah menuju Tuhan adalah memberi kenyamanan kepada orang lain.”
Beberapa catatan penting terkait ajaran atau prinsip sufi itu dicatat oleh Dr Javad Nur Bakhsh. Di antara ajaran atau prinsipnya adalah pendekatan praktis (lahir) dan visioner (batin) terhadap kesatuan wujud, cinta Tuhan, seruan untuk menyembah Tuhan, keterlibatan dalam sebuah pekerjaan; menghindari kemalasan dan pengangguran, pelayanan kepada sesama dan mencintai umat manusia, tidak melawan perlakuan buruk, kesopanan spiritual, toleransi agama, kebebasan; kedermawanan; dan pelepasan diri dari dunia, sikap baik kepada binatang dan terakhir aksentuasi dimensi dalam dari syariat atas dimensi luar.
Pesantren sebagai wadah atau tempat bernaung anak-anak muda bahkan tua yang sedang dan terus memperdalam agama sangat akrab dengan ajaran-ajaran di atas. Setiap harinya berkutat dan bercengkerama dengan kitab-kitab agama, termasuk bidang hukum maupun tasawuf. Selain mendapat pelajarannya, penekanan lain adalah pengamalan ajaran-ajaran tersebut. Baik bersifat sistematis-terorganisasi maupun kreativitas individual.
Sistem dalam pesantren biasanya berdasar pada ajaran-ajaran agama. Melalui kreativitas pengasuh, pembimbing dan pengurus-pengurus inti ajaran agama disistematiskan menjadi kode etik pesantren. Poin-poin dalam kode etik merupakan cerminan ajaran-ajaran penting dalam agama. Pengabdian jadi salah satu poin terpenting dalam kode etik atau aturan yang harus dipenuhi. Ternyata, di balik penerapan sistem pengabdian di pesantren, ada nilai, ajaran atau prinsip agama yang sangat inti.
Tugas manusia di dunia adalah menuju Tuhan; dari Tuhan kembali ke Tuhan. Pertanyaan yang sering muncul dan kadang tak kunjung segera mendapatkan jawaban adalah bagaimana manusia menempuh jalan agar sampai kepada Tuhan. Jalan mana yang bisa mengantarkan manusia menuju dan sampai pada Tuhan. Bukankah di dunia ini begitu banyak pengetahuan, ajaran, prinsip, norma, dan sejenisnya. Semuanya saling tindih berebut tempat dalam pikiran dan hati. Adakah yang terpendek dan tercepat dari sekian banyak jalan? Jawabannya ada.