Innalillahi wainna ilaihi rajiun. KH Moh Taufiqurrahman, pengasuh Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu, Lenteng, Sumenep, Jawa Timur, hari ini, Jumat, 7 Januari 2022, sekitar jam 06.20 WIB, berpulang. Seluruh alumni Pesantren Mathlabul Ulum, simpatisan pesantren, para alim ulama, ustaz-ustazah, dan seluruh kaum muslimin, khususnya di Kabupaten Sumenep berbela sungkawa atas kabar duka ini.
Kiai Taufiq, demikian Beliau biasa dipanggil, merupakan sosok ulama yang memiliki komitmen tinggi terhadap kemajuan pendidikan, khususnya dalam pendidikan keislaman atau kepesantrenan.
Berita wafatnya Kiai Taufiq menjadi viral di media sosial, terutama di grup WA karena Beliau dikenal sebagai pimpinan pondok yang sangat dekat dengan masyarakat. Kiai Taufiq tidak jarang menjadi penceramah di dalam kegiatan keagamaan. Oleh karena itu, kemasyhuran Kiai Taufiq telah melekat di hati para santri maupun masyarakat Sumenep secara umum. Kiai Taufiq dikenal sebagai sosok yang tegas sekaligus luwes sehingga dalam menyampaikan tausiah disukai oleh seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu alumni Pesantren Mathlabul Ulum, Yudi, membenarkan bahwa Kiai Taufiq telah menghadap kepada Allah swt. Sebagaimana dilansir di laman jatim.santrinews.com, “Ya, benar, Beliau wafat tadi pagi sekitar jam 06.20 WIB,” kata Yudi saat dikonfirmasi terkait kebenaran wafatnya Kiai Taufiq.
Pesantren Mathlabul Ulum yang berdiri sejak tahun 1 Maret 1979 adalah lembaga keislaman yang menganut sistem Pesantren Gontor. Sedangkan kurikulum yang diterapkan di dalam pesantren yang cukup besar ini adalah kurikulum kepesantrenan sebagaimana biasanya yang terjadi di pesantren-pesantren lain.
Kiai Taufiq yang merupakan pendiri pesantren tersebut berupaya untuk membangun peradaban santri dengan cara yang sangat humanis. Sesuai dengan dasar-dasar Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw.
Kepergian Kiai Moh Taufiqurrahman merupakan duka yang paling dalam bagi seluruh kaum muslim. Beliau telah maksimal memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia pendidikan. Sebagai generasi yang baik, apapun yang telah Beliau pancangkan sebagai tonggak peradaban Islam, maka kita harus berupaya melestarikkan dan mengembangkan cita-cita Beliau dalam khazanah kepesantrenan.